Sukses

Harga Minyak Dunia Naik, Keyakinan Permintaan Naik Lagi Meredakan Kekhawatiran resesi

Harga minyak dunia melambung karena optimisme rekor ekspor minyak mentah AS dan tanda-tanda bahwa kekhawatiran resesi mereda melebihi kekhawatiran atas lesunya permintaan di China.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik lebih dari USD 1 per barel. Kenaikan harga minyak dunia memperpanjang reli hari sebelumnya hampir 3 persen.

Harga minyak mentah Brent ditutup naik USD 1,27, atau 1,3 persen menjadi USD 96,96 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup naik USD 1,17 atau 1,3 persen menjadi USD 89,08 per barel.

Harga melambung karena optimisme rekor ekspor minyak mentah AS dan tanda-tanda bahwa kekhawatiran resesi mereda melebihi kekhawatiran atas lesunya permintaan di China. Data menunjukkan ekspor minyak mentah AS mencapai rekor, jadi tanda harapan untuk permintaan.

Kemudian spekulasi bahwa bank sentral bisa mengakhiri siklus kenaikan suku bunga kian besar, setelah Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin.

"Harga minyak mentah reli setelah ekonomi AS bangkit kembali pada kuartal terakhir," kata Analis Pasar Senior Edward Moya di OANDA melansir CNBC, Jumat (28/10/2022).

Ini mengacu pada laporan pendapatan perusahaan yang menguat pada kuartal terakhir. Meskipun kenaikan harga minyak masih dibatasi prediksi perlambatan ekonomi tetap berlangsung.

Kekhawatiran tentang permintaan China membatasi laju harga minyak. Investor global melepas aset China awal pekan ini karena ekonomi konsumen energi terbesar dunia dilanda kebijakan nol-COVID, krisis properti, dan turunnya kepercayaan pasar.

"Kekhawatiran bahwa kebijakan ekonomi China yang kacau dapat berlanjut di bawah kekuatan Presiden Xi Jinping  tumbuh membebani sentimen," kata Hiroyuki Kikukawa, Manajer Umum penelitian di Nissan Securities.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dampak Dolar AS

Pada awal perdagangan, dolar AS menyentuh level terendah satu bulan, memberikan dukungan minyak, meskipun mata uang AS menguat kemudian.

Dolar yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lain dan biasanya mencerminkan selera investor yang lebih besar terhadap risiko.

Harga minyak mentah melonjak awal tahun ini setelah Rusia menginvasi Ukraina, dengan Brent mendekati level tertinggi sepanjang masa di posisi USD 147 pada bulan Maret. Baru-baru ini, minyak telah merosot di tengah kekhawatiran ekonomi.

Pejabat AS dan Barat sedang menyelesaikan rencana untuk mengenakan batasan pada harga minyak Rusia. Bank Dunia memperingatkan bahwa setiap rencana akan membutuhkan partisipasi aktif dari ekonomi pasar berkembang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.