Sukses

Harga BBM Nonsubsidi Naik, Inflasi Melonjak Hampir 2 Persen

Dia menjelaskan kontribusi inflasi kenaikkan harga Pertalite diperkirakan sebesar 0,93 persen. Sedangkan kenaikkan harga Solar diperkirakan sebesar 1,04 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus menggodok skema terbaru penyaluran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Sejumlah menteri di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk membahasnya. Salah satu opsi yang beredar adalah menaikkan harga BBM subsidi jenis Pertalite dan Solar.

Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengatakan, pemerintah belum akan mengumumkan kenaikan harga BBM sampai pekan depan. Alasannya, berapa pun kenaikan harga BBM ini pasti akan berdampak pada kenaikan inflasi. 

"Felling saya mengatakan bahwa Jokowi tidak akan pernah mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi pekan ini, bahkan pekan depan sekali pun," kata Fahmy kepada wartawan, Jakarta, Rabu (23/8/2022).

Dalam perkiraan Fahmy, kenaikan harga Pertalite dan Solar terlalu besar akan mendorong angka inflasi.  "Kenaikan harga Pertalite menjadi Rp 10.000 dan Solar menjadi Rp. 8.500 sudah pasti akan menyulut inflasi," sambung dia.

Dia menjelaskan kontribusi inflasi kenaikkan harga Pertalite diperkirakan sebesar 0,93 persen. Sedangkan kenaikkan harga Solar diperkirakan sebesar 1,04 persen.

"Sehingga sumbangan inflasi kenaikan Pertalite dan Solar diperkirakan bisa mencapai 1,97 persen," katanya.

Fahmy mengatakan inflasi pada Juli 2022 sudah mencapai 5,2 persen (yoy). Jika BBM bersubsidi naik, total inflasi bisa mencapai 7,17 persen (yoy) dibandingkan dengan inlasi pada 2021 hanya pada kisaran 3 persen (yoy).

"Dengan inflasi sebesar 7,17 persen akan memperpuruk daya beli dan konsumsi masyarakat sehingga akan menurunkan pertumbuhan ekonomi yang sudah dicapai dengan susah payah sebesar 5,4 persen," kata dia. 

Selain itu, inflasi 7,17 persen akan menaikkan harga-harga kebutuhan pokok yang memperberat beban masyarakat, terutama rakyat miskin. Bahkan kata dia, rakyat miskin yang tidak pernah menikmati subsidi BBM karena tidak punya kendaraan bermotor juga harus berkorban akibat penaikan harga BBM Subsidi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga BBM Pertalite Boleh Naik, Asal Jangan di Atas Rp 10 Ribu per Liter

Isu kenaikan harga BBM subsidi, termasuk Pertalite semakin kencang berhembus. Terlebih setelah pemerintah mengaku anggaran subsidi di sektor energi senilai Rp 502,4 triliun sudah terlampau besar.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai, kenaikan harga Pertalite memang realistis dilakukan agar beban subsidi pemerintah tidak semakin berat. 

Namun, ia menyarankan kenaikan harganya jangan sampai lebih dari Rp 10 ribu per liter. Selain bakal makin memberatkan kantong, itu juga akan membingungkan konsumen lantaran nilai jualnya tidak jauh berbeda dari Pertamax yang dibanderol Rp 12.500 per liter.

"Kalau saya mas maksimal Rp 10 ribu (per liter) ya, jangan di atas itu, akan sangat memberatkan bagi masyarakat," ujar Mamit kepada Liputan6.com, Rabu (24/8/2022).

"Misal di atas Rp 10 ribu ya sekalian aja dihapuskan Pertalite, langsung ke Pertamax. Toh sekarang Pertamax harganya masih di bawah keekonomian," ungkap dia.

Di sisi lain, Mamit juga tak ingin harga Pertalite terlampau rendah di bawah Rp 10 ribu per liter. Banyak risiko yang bakal dihadapi pemerintah jika banderol harga itu dipasang.

"Ya kalau di bawah Rp 10 ribu, ruang fiskalnya akan semakin sempit. Sedangkan kuota (Pertalite) semakin menipis," sebut dia.

"Risikonya akan ada kekosongan BBM subsidi di bulan Oktober-Desember. Nah, risikonya ini apa bisa dihadapi juga? Pokoknya pemerintah lagi pusing ini," keluh Mamit seraya tertawa kecil.

 

 

 

 

 

3 dari 3 halaman

Erick Thohir Buka-bukaan soal Harga BBM Naik: Tak Ada Pilihan Lain

Menteri BUMN Erick Thohir seakan memberi sinyal adanya kenaikan harga BBM Subsidi baik Pertalite maupun Solar. Namun, ia belum bisa memastikan dengan jelas besaran kenaikan yang akan dilakukan.

Ini sebagai respons mengenai turunnya anggaran subsidi energi dari sekitar Rp 502 triliun di 2022 menjadi sekitar Rp 336,7 triliun untuk 2023 mendatang. Wacana kenaikan harga BBM Subsidi juga turut menghampiri seiring beban uang negara yang semakin berat imbas kenaikan harga minyak dunia.

"Memang tidak ada cara lain yang sedang dipikirkan pemerintah, tapi ini juga belum menjadi penugasan kepada kami," kata dia dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (24/8/2022).

Penugasan disini merujuk pada ketetapan harga jual Pertalite dan Solar yang mendapat subsidi dan kompensasi dari pemerintah. Harga jual ditetapkab oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagai hasil perhitungan dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Keuangan.

Erick turut membandingkan harga jual Pertamax dan bahan bakar sejenis yang dikeluarkan perusahaan lain seperti Shell. Ada perbandingan hampir Rp 5.000 lebih murah untuk harga jyal Pertamax

"Jadi Pertamax pun disubsidi oleh pemerintah, nah ini salah satu menjadi catatan yang cukup menggelitik kalau misalnya kita mengisi bensin pertamax 'Loh pertamina kok harganya bisa murah?' sebenarnya itu subsidi. Sama juga kalau kita lihat Pertalite dan juga Solar itu disubsidi cukup luar biasa angkanya," paparnya.

Untuk diketahui, saat ini pemerintah tengah menggodok kebijakan yang akan diambil dalam menangani masalah BBM dan beban subsidi ini. Ada beberapa opsi yang bisa diambil, mulai dari menaikkan harga jual BBM Subsidi, hingga kriteria pembatasan penyaluran BBM Subsidi di lapangan.

Pemerintah juga tengah menggodok revisi Perpres Nomor 191/2014 untuk mengatur kategori-kategori yang berhak mendapat BBM Subsidi. Rencananya, hasil revisi akan terbit pada Agustus 2022 ini. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini