Sukses

Pantas Perang dengan Ukraina Enggak Kelar-Kelar, Rusia Menang Banyak dari Minyak

Alasan perang Rusia dan Ukraina berlangsung lama, karena menguntungkan di sektor penjualan minyak

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, mengungkapkan alasan perang Rusia dan Ukraina berlangsung lama, karena menguntungkan di sektor penjualan minyak. Diketahui Rusia menginvasi Ukraina pada dini hari tanggal 24 Februari 2022.

“Kenapa perang Rusia dan Ukraina ini akan cukup lama? Karena ini sangat profitable, Rusia setiap harinya dengan harga minyak yang naik, dan dia menjual sekarang di bawah harga pasar untungnya USD 6 miliar per hari,” kata Sandiaga dikutip melalui akun TikTok-nya @sandiagauno.official, Minggu (21/8/2022).

Sandiaga menjelaskan, cost of war atau biaya perang Rusia mencapai USD 1 miliar. Alhasil Rusia profit atau untung setiap hari sebanyak USD 5 miliar. Di situasi dan kondisi ekonomi global yang tidak menentu karena pandemi serta adanya perang Rusia-Ukraina saat ini, menuntut kita untuk bersikap bijak! Tegas untuk tidak pro terhadap salah satu negara.

Namun justru harus pandai mengambil peluang dengan kalkulasi yang matang demi kebangkitan ekonomi, terciptanya 4,4 juta lapangan kerja baru bagi masyarakat hingga tahun 2024.

Kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dunia imbas adanya perang tersebut, menciptakan multiplier effect negatif dengan meningkatnya inflasi, yang mengakibatkan naiknya harga-harga bahan pokok yang kita mulai rasakan saat ini.

Menurutnya, Indonesia harus pintar menanggapi situasi dan kondisi saat ini. Rusia menawarkan kepada Indonesia harga minyak 30 persen lebih murah dibanding harga pasar Internasional. Lantaran, sebelumnya India sudah lebih dulu membeli minyak dari Rusia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tawaran Minyak Murah

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat ingin mengambil tawaran tersebut. Namun, beberapa Menteri mengaku kurang setuju, sebab jika Indonesia membeli minyak dari Rusia, dampaknya aka nada embargo dari Amerika Serikat.

“Pak Jokowi pikirnya sama, ambil.Tapi ada yang gak setuju karena takut. Wah, nanti gimana diembargo sama Amerika? Ya biarin ajalah. Kalau kita diembargo paling kita gak bisa makan McDonald’s kan, makan Baba Rafi lah, dan kadang-kadang apa yang kita lihat, itu sangat berbeda dari perspektif mungkin geopolitik, mungkin dari segi makro ekonomi,” jelasnya.

Kata Sandiaga, memang itu kondisi dilemma dan menantang bagi Indonesia. Sebab, barat itu memiliki kekuatan besar dalam mengatur teknologi dan pembayaran.

“Tapi ini memang tantangan ya, karena Barat in ikan yam au bagaimanapun juga mereka control teknologi, payment,” ujarnya.

Sandiaga menjelaskan, setiap pengiriman USD dollar harus lewat New York. Lantas kenapa Indonesia harus takut mengambil minyak dari Rusia. Karena Indonesia takut tidak bisa menggunakan mata uang dollar dalam transaksi internasional.

“Takut swift-nya dimatiin. Swift dimatiin kita gak ngirim USD dollar. Kata Rusia “gak usah takut, bayarnya pakai Rubel aja, tukar rupiah ke Rubel gitu. Nah ini yang teman-teman di sektor keuangan lagi ngitung-ngitung,” pungkasnya. 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Jokowi: Indonesia Diterima Rusia dan Ukraina Sebagai Jembatan Perdamaian

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa kepercayaan internasional kepada Indonesia meningkat tajam. Menurut dia, Indonesia diterima Rusia dan Ukraina sebagai jembatan perdamaian.

"Indonesia diterima oleh Rusia dan Ukraina sebagai jembatan perdamaian. Diterima negara-negara besar, walau geopolitik sedang panas," kata Jokowi saat menyampaikan Pidato Kenegaraan di Sidang Tahunan MPR RI, Selasa (16/8/2022).

Selain itu, kata dia, Indonesia dipercaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai Champions dari Global Crisis Response Group untuk penanganan krisis global. Pada 2022 ini, Indonesia didaulat menjadi Presiden G20, organisasi 20 negara ekonomi terbesar di dunia.

Sementara pada tahun depan, Indonesia menjadi Ketua ASEAN. Jokowi menyebut hal ini membuktikan bahwa Indonesia berada di puncak kepemimpinan global.

"Artinya, kita berada di puncak kepemimpinan global dan memperoleh kesempatan besar untuk membangun kerja sama internasional," jelasnya.

Jokowi menuturkan kepercayaan besar dari masyarakat internasional juga bisa dirasakan di dalam negeri. Indonesia juga terus melakukan reformasi struktural untuk daya saing dan iklim.

"Ekosistem investasi dan pertumbuhan UMKM terus kita perbaiki. Hilirisasi dan manufaktur di dalam negeri terus tumbuh pesat," tutur Jokowi.

Menurut dia, pertumbuhan investasi meningkat tajam dan tak terfokus di Pulau Jawa saja. Sebanyak 52 persen inventasi berada di luar Pulau Jawa.

"Artinya, ekonomi kita bukan hanya tumbuh pesat, tetapi juga tumbuh merata, menuju pembangunan yang Indonesia Sentris," ucap Jokowi.

4 dari 4 halaman

Ancaman Kemiskinan Ekstrem Global

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Jokowi juga mengatakan bahwa saat ini semua negara, termasuk Indonesia sedang menghadapi ujian. Menurut dia, sebanyak 553 juta jiwa di dunia terancam mengalami kemiskinan ekstrem.

Jokowi menyampaikan perang Rusia-Ukraina yang meletus tiba-tiba, membuat krisis pangan, energi, dan keuangan tak terhindarkan lagi. Sebanyak 107 negara terdampak krisis, sebagian di antaranya diperkirakan jatuh bangkrut.

"Perekonomian dunia belum sepenuhnya bangkit. Tiba-tiba meletus perang di Ukraina, sehingga krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan tidak terhindarkan lagi," kata Jokowi saat menyampaikan Sidang Tahunan MPR di Gedung Parlemen Jakarta, Selasa (16/8/2022).

"Diperkirakan 553 juta jiwa terancam kemiskinan ekstrem, dan 345 juta jiwa terancam kekurangan pangandan kelaparan," sambungnya.

Dia mengatakan ujian ini tidak mudah bagi dunia dan Indonesia. Jokowi menekankan semua ujian ini harus dihadapidengan kehati-hatian dan dengan kewaspadaan.

Kendati begitu, dia bersyukur Indonesia mampu menjadi salah satu negara yang mampu menghadapi krisis global ini. Indonesia termasuk negara yang berhasil mengendalikan pandemi Covid-19.

"(Indonesia) termasuk lima besar negara dengan vaksinasi terbanyak di dunia, dengan 432 juta dosis vaksin telah disuntikkan," ujarnya.

Selain itu, Indonesia juga bergahil mengendalikan inflasi di kisaran 4,9 persen. Angka ini jauh di bawah rata-rata inflasi ASEAN yang berada di sekitar 7 persen.

"Jauh di bawah inflasi negara-negara maju yang berada di sekitar 9 persen," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.