Sukses

Ramalan Bank Dunia Soal Pertumbuhan Ekonomi Global, Sejumlah Negara Minus

Bank Dunia pangkas ramalan pertumbuhan ekonomi banyak negara, bagaimana untuk Indonesia?

Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia dalam laporan terbarunya pada Juni 2022 memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global, dan memperingatkan banyak negara dapat jatuh ke dalam resesi. 

Dilansir dari laman worldbank.org, Selasa (21/6/2022) laporan terbaru Bank Dunia bertajuk Global Economic Prospects memproyeksikan ekonomi global hanya akan tumbuh 2,9 persen tahun ini, lebih kecil dari 5,7 persen pada 2021.

Angka tersebut 1,2 poin persentase lebih rendah dari perkiraan pada Januari 2022.

Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan berada di sekitar level 3 persen pada tahun 2023 hingga 2024 mendatang.

Laporan Global Economic Prospects Bank Dunia per Juni 2022 mencatat prediksi yang cukup baik untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu sebesar 5,1 persen - lebih tinggi dibandingkan 3,7 persen tahun lalu. 

Di tahun selanjutnya, ekonomi Indonesia diperkirakan bakal tumbuh 5,3 persen, dan berlanjut hingga 2024 mendatang.

Sementara itu, ada sejumlah negara di Eropa, Asia, Amerika Latin hingga Timur Tengah yang diprediksi akan mengalami penurunan atau kontraksi ekonomi. 

Di kawasan Eropa dan Asia Tengah, Rusia diperkirakan akan kontraksi hingga -8,9 persen, Ukraina -45,1 persen, Moldova -0,4 persen, dan Kirgistan -2 persen.

Adapun Belarus, yang diproyeksikan bakal kontraksi -6,5 persen tahun 2022 dan hanya akan tumbuh 1,5 persen di tahun berikutnya.

Penurunan di Rusia juga diramal masih akan terjadi hingga 2023 mendatang sebesar -2 persen, dan tumbuh hanya 2,2 persen di tahun selanjutnya. Sementara Ukraina, 2,1 persen di 2023, namun membaik di 2024 menjadi 5,8 persen.

Secara luas, ekonomi di kawasan Eropa Timur diperkirakan akan melihat kontraksi sebesar -30,6 persen tahun 2022 ini.

Berlanjut di kawasan Asia Selatan, di mana Sri Lanka diperkirakan akan mengalami kontraksi ekonomi 7,8 persen, dan masih akan menurun -3,7 persen di 2023 mendatang.

Selanjutnya ada Maladewa dan Pakistan yang juga diprediksi akan melihat perlambatan ekonomi - masing - masing hanya 7,6 persen dan 4 persen.

Angka tersebut termasuk berbanding jauh, karena ekonomi Maladewa diprediksi tumbuh 31 persen tahun lalu.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

China Diprediksi Tak Akan Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 5,5 Persen

Kemudian di kawasan Asia Timur, di mana ekonomi China yang terdampak pembatasan Covid-19 diprediksi tidak akan mencapai target negara itu tahun ini, sebesar 5,5 persen. 

Bank Dunia mencatat, ekonomi China diprediksi hanya akan tumbuh 4,3 persen tahun ini dan 5,2 persen pada 2023 mendatang, kemudian 5,1 persen tahun 2024.

Di kawasan Pasifik, kontraksi diproyeksikan akan terjadi di Samoa, Pulau Solomon, hingga Tonga (meski tidak dengan angka yang besar).

Selanjutnya, di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, Bank Dunia memprediksi ekonomi Lebanon akan menghadapi kontraksi terbesar, hingga - 6,5 persen.

Adapun Suriah yang diprediksi bakal kontraksi -2,6 persen. Nasib buruk juga diperkirakan akan dihadapi Maroko dan Yaman.

3 dari 4 halaman

Penurunan Ekonomi di Kawasan Latin Amerika Hingga Sub-Sahara Afrika

Penurunan ekonomi secara tajam juga diproyeksikan Bank Dunia akan terjadi di negara Amerika Latin. 

Meksiko diproyeksi hanya akan tumbuh 1,7 persen tahun ini dan 1,9 persen di tahun sebelumnya. Angka serupa tercatat pada Chili. 

Argentina, yang sempat diramal hingga 10,3 persen tahun lalu, tercatat hanya akan tumbuh 4,5 persen tahun ini dan menurun hingga 2,5 persen di tahun berikutnya. 

Adapun Brazil, yang akan melihat pertumbuhan hanya 1,5 persen di 2022, dan Paraguay hanya 0,7 persen. 

Selanjutnya, di kawasan Sub-Sahara Afrika, perlambatan ekonomi diperkirakan terjadi di Afrika Selatan, yang ekonominya tumbuh hanya 2,1 persen tahun ini dibandingkan 4,9 persen 2021 lalu.

Nasib buruk juga diperkirakan akan menimpa Sudan Selatan yang ekonominya sudah kontraksi -5,1 persen tahun lalu, kini akan kembali menurun -0,8 persen.

Equatorial Guinea juga diramal bakal hanya tumbuh 1,8 persen di 2022, dan kontraksi hingga -2,6 persen di tahun selanjutnya dan -2,1 persen di 2024 mendatang.

4 dari 4 halaman

Jokowi Kutip Ramalan IMF Soal Ekonomi 60 Negara Bakal Ambruk

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya juga mengungkapkan tantangan ekonomi dunia yang kini sangat besar.

Dia mengutip ramalan IMF, yang menyebutkan ada 60 negara diprediksi mengalami penurunan ekonomi secara tajam.

Hal itu Jokowi sampaikan dalam pembukaan Rakornaswasin BPKP, pada Selasa, 14 Juni 2022.

"IMF menyampaikan bahwa akan ada kurang lebih 60 negara yang akan ambruk ekonominya, yang 40 diperkirakan pasti," kata Jokowi, dikutip Selasa (21/6/2022).

Ia menyampaikan, dunia saat ini tengah mengalami ketidakpastian utamanya di sektor pangan dan energi. Sehingga, akan berdampak pada kondisi ekonomi di dalam negeri.

Hal itu terlihat dengan sejumlah komoditas pangan yang mengalami kenaikan. Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di sektor energi pun mengalami peningkatan yang sangat besar dibanding prediksi.

"Inilah ketidakpastian yang saya sampaikan dan kita semua harus punya kepekaan, harus punya sense of crisis semuanya. Kerja sekarang ini tak bisa hanya makronya, tidak, bisa mikronya, detailnya harus tahu," jelas Jokowi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.