Bank Indonesia dan Pemerintah terus mengkaji kebijakan penyederhanaan nominal (redenominasi) rupiah. Bahkan payung hukum Rancangan Undang-undang Redenominasi kini telah masuk dalam program legislasi nasional tahun 2013. Dengan kebijakan redenominasi, nominal rupiah rencananya akan dipangkas tiga angka nol di belakang atau setara seribu. Artinya nilai Rp 1.000 akan berubah menjadi Rp 1
Seperti dikutip dari ehow.com, Minggu (30/12/2012), sejumlah negara telah melakukan redenominasi mata uang mereka sebanyak lebih kurang 70 kali, dalam lima dekade terakhir hingga tahun 2011. Sebagian besar redenominasi tersebut menyederhanakan setidaknya satu digit angka nol.
Beberapa negara berhasil melakukan redenominasi pada mata uang mereka. Ialah Turki, salah satu negara yang banyak mendapat sorotan karena kesuksesan redenominasi yang dilakukan pada tahun 2005. Sementara itu, beberapa negara lainnya tidak, berhasil sebut saja Zimbabwe, Brasil, Argentina, Rusia, dan Ghana.
Redenominasi
Istilah ini mengundang banyak tanya. Tak hanya awam, para pengusaha dan ekonom pun masih menimbang-timbang, apa keuntungan dan dampak redenominasi ini. Redenominasi membawa banyak perubahan, salah satunya dalam laporan keuangan.
Redenominasi terjadi ketika suatu negara mengubah nilai nominal mata uangnya. Nilai mata uangnya sama dengan yang lama, hanya penulisan nominalnya lebih sederhana. Transaksi pada uang yang disederhanakan tidak berdampak besar pada nilai uang, selama memiliki nilai tukar yang konsisten dengan mata uang asing.
Redenominasi ini biasanya digunakan untuk menjawab problem dalam pencatatan statistik dan akuntansi, agar menjadi lebih sederhana.
Pencatatan akuntasi seperti laporan keuangan ini berfungsi sebagai catatan dokumen pendapatan, biaya, modal, dan kewajiban pada organisasi dalam kurun waktu tertentu. Laporan keuangan terdiri dari laporan laba rugi, laporan arus kas, serta, laporan keseimbangan. Data keuangan yang tercatat dalam laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang asli negara tersebut.
Ketika terjadi perubahan karena mata uang diredenominasi, software akuntansi dan keuangan tentu saja harus diubah sehingga dapat merekam data, serta menghasilkan laporan keuangan dengan mata uang baru.
Nilai yang dilaporkan pada laporan keuangan, seperti profitabilitas misalnya, tetap sama. Hanya saja penulisannya lebih sederhana. Angka yang lebih sederhana ini akan menghasilkan akurasi dan efisiensi. Dengan begitu tidak diperlukan lagi software akuntansi untuk membaca angka-angka berdigit ekstra.
Dalam laporan keuangan, mata uang baru yang telah diredenominasi pastilah banyak mengalami pembulatan. Perbedaan karena pembulatan ini harus dicatat dalam laporan laba rugi sebagai pendapatan lain-lain, biaya lain-lain, atau penyesuaian lain lain. (EST/NDW)
Seperti dikutip dari ehow.com, Minggu (30/12/2012), sejumlah negara telah melakukan redenominasi mata uang mereka sebanyak lebih kurang 70 kali, dalam lima dekade terakhir hingga tahun 2011. Sebagian besar redenominasi tersebut menyederhanakan setidaknya satu digit angka nol.
Beberapa negara berhasil melakukan redenominasi pada mata uang mereka. Ialah Turki, salah satu negara yang banyak mendapat sorotan karena kesuksesan redenominasi yang dilakukan pada tahun 2005. Sementara itu, beberapa negara lainnya tidak, berhasil sebut saja Zimbabwe, Brasil, Argentina, Rusia, dan Ghana.
Redenominasi
Istilah ini mengundang banyak tanya. Tak hanya awam, para pengusaha dan ekonom pun masih menimbang-timbang, apa keuntungan dan dampak redenominasi ini. Redenominasi membawa banyak perubahan, salah satunya dalam laporan keuangan.
Redenominasi terjadi ketika suatu negara mengubah nilai nominal mata uangnya. Nilai mata uangnya sama dengan yang lama, hanya penulisan nominalnya lebih sederhana. Transaksi pada uang yang disederhanakan tidak berdampak besar pada nilai uang, selama memiliki nilai tukar yang konsisten dengan mata uang asing.
Redenominasi ini biasanya digunakan untuk menjawab problem dalam pencatatan statistik dan akuntansi, agar menjadi lebih sederhana.
Pencatatan akuntasi seperti laporan keuangan ini berfungsi sebagai catatan dokumen pendapatan, biaya, modal, dan kewajiban pada organisasi dalam kurun waktu tertentu. Laporan keuangan terdiri dari laporan laba rugi, laporan arus kas, serta, laporan keseimbangan. Data keuangan yang tercatat dalam laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang asli negara tersebut.
Ketika terjadi perubahan karena mata uang diredenominasi, software akuntansi dan keuangan tentu saja harus diubah sehingga dapat merekam data, serta menghasilkan laporan keuangan dengan mata uang baru.
Nilai yang dilaporkan pada laporan keuangan, seperti profitabilitas misalnya, tetap sama. Hanya saja penulisannya lebih sederhana. Angka yang lebih sederhana ini akan menghasilkan akurasi dan efisiensi. Dengan begitu tidak diperlukan lagi software akuntansi untuk membaca angka-angka berdigit ekstra.
Dalam laporan keuangan, mata uang baru yang telah diredenominasi pastilah banyak mengalami pembulatan. Perbedaan karena pembulatan ini harus dicatat dalam laporan laba rugi sebagai pendapatan lain-lain, biaya lain-lain, atau penyesuaian lain lain. (EST/NDW)