Sukses

Harga Minyak Dunia Melonjak ke Posisi Tertinggi dalam 7 Tahun Gara-gara OPEC

Harga minyak mentah Brent naik lebih dari dua kali lipat dalam setahun.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mencapai level tertinggi sejak 2014 usai pejabat dari OPEC, Rusia dan produsen minyak lainnya memutuskan untuk tetap dengan kesepakatan mereka sebelumnya secara bertahap menambahkan pasokan minyak ke pasar.

Keputusan tersebut muncul meskipun permintaan energi meningkat karena bisnis di seluruh dunia kembali beroperasi.

Melansir laman nytimes.com, harga minyak West Texas Intermediate, melonjak menjadi sekitar USD 78 per barel. Ini merupakan level tertinggi sejak akhir 2014.

Sementara harga minyak mentah Brent, patokan internasional, naik hampir 3 persen menjadi USD 81,56 per barel. Harga minyak naik lebih dari dua kali lipat dalam setahun.

Sebanyak 23 negara, yang dikenal sebagai OPEC Plus, mengatakan bahwa mereka akan meningkatkan produksi 400.000 barel per hari pada November, kurang dari 0,5 persen dari permintaan dunia, di bawah kesepakatan yang dicapai pada Juli.

Kelompok itu mengabaikan tekanan politik dan komersial untuk meningkatkan produksi minyak guna meredakan pengetatan pasar.

"Ini akan membuat harga minyak bertahan di atas USD 80 per barel untuk jangka waktu tertentu atau mendorong lebih tinggi secara tajam bagi Organisasi Negara Pengekspor Minyak untuk mempertimbangkan untuk mengubah rencananya," kata Richard Bronze, Kepala Geopolitik di Energy Aspects dalam risetnya. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Belum Cukup

Sejauh ini, kata para analis, kenaikan harga minyak baru-baru ini belum cukup untuk membuat OPEC Plus keluar dari jalurnya pada bulan Juli. Selain itu, harga pada level ini mungkin merupakan kejutan yang menyenangkan bagi produsen minyak.

“Ada badai di sekitar, tetapi mereka tidak ingin mengguncang perahu,” kata Bhushan Bahree, direktur senior di IHS Markit, sebuah perusahaan riset.

OPEC Plus tidak banyak menjelaskan alasannya. Kelompok itu mengatakan "bertindak mengingat fundamental pasar minyak saat ini."

Analis mengatakan kelompok itu lebih berhati-hati dalam pandangannya daripada beberapa pengamat industri yang melihat permintaan minyak jauh melampaui pasokan di bulan-bulan mendatang.

Konsumsi minyak telah pulih dengan kuat setelah jatuh 9 persen tahun lalu, tetapi pandemi tetap menjadi perhatian di negara-negara konsumen minyak utama, termasuk Amerika Serikat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.