Sukses

Mendag Lutfi Ibaratkan Kelola Perdagangan Seperti Wasit Tinju

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengibaratkan dalam mengelola sektor perdagangan sama seperti wasit di dalam dunia tinju. Harus memastikan penjual dan pembeli yang bagus, dan mengamankan perdagangan agar tidak menjadi liar.

"Saya akan memberikan sesuatu peraturan yang membaik agar bapak ibu bisa tumbuh ekonomi, tidak hanya jago dikandang tapi juga regional dan mendunia," kata dia dalam Rapat Kerja Nasional 2021, Jumat (5/3).

Sebagaimana diketahui, neraca perdagangan Indonesia pada periode Desember 2020 mengalami surplus sebesar USD 2,1 miliar. Surplus tersebut berasal dari ekspor dan impor pada bulan lalu.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pada Desember 2020, nilai ekspor tercatat USD 16,54 miliar, tumbuh 14,63 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Bulan sebelumnya, ekspor tumbuh 9,54 persen.

"Banyak komoditas yang mengalami penigkatan harga seperti batu bara, minyak kernel, minyak kelapa sawit, tembaga, dan aluminium. Peningkatan harga ini akan berpengaruh besar kepada nilai ekspor pada Desember 2020," ujarnya, Jumat (15/1/2021).

Sementara itu nilai impor Indonesia pada Desember tercatat USD 14,44 miliar. Apabila dibandingkan dengan November 2020, impor tersebut mengalami kenaikan sebesar 14 persen.

"Meskipun secara year on year nilai impor pada Desember 2020 ini turun tipis sekali 0,47 persen. Secara month to month kenaikan impor 14 persen terjadi karena adanya kenaikan impor migas dan non migas," papar dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Cabai dan Bawang Melejit saat Ramadan, Mendag Lutfi Siap Disalahkan

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menyoroti harga cabai rawit dan bawang merah yang terus melambung beberapa waktu terakhir. Terutama jelang memasuki bulan Ramadan dan Idul Fitri 2021 mendatang.

Menurutnya, Kementerian Perdagangan perlu menjaga sisi suplai agar harga kedua komoditas tersebut terkendali. Namun, Mendag Lutfi sudah siap pasang badan jika harga cabai rawit dan bawang merah nantinya tidak sesuai perkiraan.

"Jadi ini dua waktu penting yang harus kita jaga. Karena ketika harga naik, Kementerian Perdagangan dalam hal ini Menteri Perdagangan yang salah, ketika harga turun Menteri Perdagangan yang salah. Jadi ini semua adalah tanggung jawab Kementerian Perdagangan," ucapnya saat menutup Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2021 secara virtual, Jumat (5/3/2021).

Mendag Lutfi mengatakan, komoditas seperti cabai dan bawang memang tidak bisa dihindari fluktuasi harganya. Sebab keduanya merupakan barang yang memang habis dimakan waktu.

"Memang ini tak bisa kita lawan. Cabai 6 bulan naik salah kita, ketika panen 6 bulan (harga turun) salah kita," ujar dia.

Beras jadi komoditas yang juga tak luput dari pantauannya. Meski produksinya saat ini sedang naik berkat musim panen, namun Mendag Lutfi tetap berjaga-jaga agar supply side di kemudian hari tidak kurang.

"Karena ketika ada apa-apa untuk masalah bahan pokok seperti beras, gula, ini hal yang sensitif terhadap kemaslahatan orang banyak. Jadi suplai side-nya jadi hal yang selalu kita pentingkan," tegasnya.

3 dari 3 halaman

Daya Beli Belum Pulih, Harga Pangan Jelang Ramadan Bakal Stabil?

Kementerian Perdagangan (Kemendag) merespons arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjaga stok dan stabilitas harga bahan pokok menjelang Ramadan dan Lebaran 2021. Pemerintah pun menyoroti tiga hal yang menjadi alasan untuk menjaga stok dan stabilitas harga.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, Oke Nurwan, mengatakan pemerintah perlu mengambil langkah antisipatif untuk memastikan ketersediaan harga dan kebutuhan pokok stabil, meski daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih.

"Walau ada perkiraan daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya, kita perlu mengambil langkah antisipatif untuk memastikan ketersediaan harga dan kebutuhan pokok ini stabil," kata Oke dalam Diskusi Panel Ketersediaan dan Stabilisasi Harga Bapok pad Jumat (5/3/2021).

Kedua, langkah antisipatif ini juga diperlukan karena menyikapi adanya potensi kenaikan permintaan barang pokok, terutama menjelang Ramadan dan Lebaran yang dapat membuat kenaikan harga. Pasalnya, kenaikan harga itu akan memicu inflasi.

"Ketiga, kita menghadapi cuaca atau iklim yang dapat mengganggu produksi dan distribusi di dalam negeri. Ketiga hal itu dipastikan tidak mengganggu, dan dengan diskusi ini kita bisa antisipasi persediaan dan stabilisasi menjelang Ramadan dan Lebaran," jelasnya.

Oke mengungkapkan, pemerintah dalam beberapa tahun terakhir berhasil menjaga stok dan stabilitas harga kebutuhan pokok. Pada periode 2019 hingga 2020, misalnya, hal tersebut dinilai berjalan sangat baik karena seluruh pihak telah berkolaborasi untuk mengantisipasi ketersediaan dan stabilisasi harga.

Berdasarkan data Kemendag, Oke mengungkapkan pada 2019 hingga 2020, inflasi pada bulan puasa dan Lebaran kurang dari satu persen. Selain itu, inflasi volatile food pada Ramadan dan Lebaran 2021 mendekati 2 persen.

"Angka-angka ini seyogyanya menjadi benchmark dalam mengambil langkah-langkah antisipatif menjelang Ramadan dan Lebaran 2021," jelasnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.