Sukses

Tak Hanya Covid-19, GeNose juga Bisa Deteksi Penyakit Ini

Untuk saat ini, fokus GeNose hanya untuk mendeteksi Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Produksi Konsorsium GeNose C19, Eko Fajar Prasetyo, mengatakan alat GeNose tidak hanya bisa digunakan mendeteksi Covid-19. Alat ini juga bisa untuk penyakit pernapasan lain dan juga membantu industri lainnya.

Setelah pandemi, tim di balik GeNose bisa mengubah sistem atau software alat tersebut agar bisa digunakan untuk penyakit lain seperti kanker paru-paru

"Untuk saat ini, fokus GeNose hanya untuk mendeteksi Covid-19. Setelahnya kita akan me-repurpose alat itu untuk yang lain. Jadi setelah pandemi, alatnya tidak akan dibuang," kata Eko di Stasiun KA Pasar Senen, Sabtu (23/1/2021).

Selain itu, GeNose juga dapat digunakan di industri perkebunan. Salah satunya dapat mendeteksi penyakit kelapa sawit dari bau yang dikeluarkan.

"Sawit ketika sakit mengeluarkan bau, jadi kita bisa deteksi kapan sakitnya dan juga pengobatannya," jelas Eko.

GeNose bekerja berbasis embusan napas untuk mendeteksi penyakit dan didukung teknologi kecerdasan buatan. Alat buatan tim riset Universitas Gadjah Mada (UGM) ini telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan RI dan siap dipasarkan. Izin edar GeNose dengan nomor Kemenkes RI AKD 20401022883 telah terbit pada Kamis (24/12).

Untuk deteksi Covid-19, tingkat akurasinya diklaim di atas 90 persen. Alat ini berfungsi sebagai skrining cepat, dan bukan pengganti tes PCR.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ini Bedanya Tes Covid-19 Lewat GeNose dan PCR

Pemerintah berencana mengimplementasikan alat pendeteksi Covid-19 buatan Universitas Gajah Mada (UGM), GeNose. Alat ini bisa menjadi opsi baru sebagai pegganti tes antigen atau serologi, tapi bukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR).

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Produksi Konsorsium GeNose C19, Eko Fajar Prasetyo. "Antigen bisa, serologis bisa (sebagai pengganti). Kalau negatif GeNose, sudah hampir kita pastikan tidak perlu PCR," kata Eko di Stasiun KA Pasar Senen pada Sabtu (23/1/2021).

Eko menjelaskan GeNose didesain untuk melakukan skrining. Oleh sebab itu, dalam prosesnya diutamakan agar tidak terjadi negatif false yaitu hasil tes negatif tapi ternyata positif Covid-19.

Ini merupakan salah satu pembedanya dengan tes PCR yang merupakan alat diagnostic.

Tes PCR tetap harus dilakukan jika tes GeNose menunjukkan hasil positif. Namun jika hasil GeNose negatif, maka dinilai tidak perlu tes PCR.

Secara akurasi, kata Eko, tes GeNose tidak jauh berbeda Dengan PCR. Tingkat akurasi GeNose diklaim di atas 90 persen.

"Perbedaan dengan PCR itu, negatif false beda 3 persen. Namun memang GeNose ini adalah alat skrining cepat," tutur Eko.

3 dari 3 halaman

Cara Kerja GeNose

GeNose mendeteksi virus melalui embusan napas yang di simpan di dalam sebuah kantung. Napas yang diambil adalah napas ketiga untuk mendapatkan hasil mendekati keadaan sebenarnya.

Setelah itu, kantung napas akan diletakkan atau dihubungan ke alat GeNose yang didukung ke cerdasan buatan. Kemudian alat deteksi tersebut akan mengeluarkan hasil tes dalam waktu 50 detik.

Alat GeNose ini akan dijual dengan harga eceram tertinggi Rp 62 juta sebelum pajak. Satu alat bisa dipakai 100 ribu kali.

Saat ini yang sudah mengimplementasikan GeNose antara lain kantor Kementerian Ristek dan Teknologi (Ristek) dan beberapa Rumah Sakit (RS) di Yogyakarta.

""Utamanya untuk saat ini di kantor-kantor dan fasilitas kesehatan," kata Eko.

Pihak UGM sudah meproduksi 100 alat dalam batch pertama. Produksi batch kedua sebanyak 3.000 akan dirilis pada bulan ini.

Batch kedua ini, Menurut Eko, sudah banyak pihak swasta yang memesan alat GeNose. Selanjutnya, pihak UGM tiap bulan berencana memproduksi minimal 1.000 alat. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.