Sukses

Diserbu Produk China, 100 Ribu Pekerja Industri Baja Terancam PHK

Liputan6.com, Jakarta - Industri baja dalam negeri tengah menghadapi tekanan disebabkan baja murah dari China yang membanjiri Indonesia. Hal ini membuat perusahaan-perusahaan baja lokal tidak bisa bersaing dari sisi harga.

Jika terus dibiarkan, maka 100 ribu karyawan diprediksi akan mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini diungkapkan oleh Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal.

"Baja impor terutama dari China dijual sangat murah di Indonesia, dan jika dibiarkan industri baja nasional akan gulung tikar dan 100 ribu karyawan terancam PHK. Industri baja sekarang menghadapi kesulitan yang luar biasa, apalagi saat ini tengah pandemi Covid-19," ungkap Said dalam konferensi pers virtual pada Kamis (21/1/2021).

Potensi PHK ini, kata Said, akan semakin menekan kondisi perekonomian negara di tengah pandemi. Oleh sebab itu, ia berharap pemerintah segera mengambil tindakan untuk melindungi industri dalam negeri.

Untuk menghindari PHK massal itulah, KSPI mengimbau Kementerian Perdagangan (Kemendag), dalam hal ini Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) melanjutkan perlindungan safeguard untuk produk I-H section. "Safeguard sangat penting guna melindungi produk dalam negeri dari maraknya produk impor murah," tuturnya.

Di sisi lain, lanjutnya, ketika safeguard kepada pabrik baja nasional tidak diperpanjang, dikhawatirkan perusahaan tidak bisa bersaing dengan produk impor murah. Akibatnya, industri akan menutup beberapa unit usaha dan PHK massal tidak bisa dihindari.

"Kalau tidak ada safeguard maka akibatnya akan ada konflik sosial berkepanjangan, dan ini akan menambah pekerjaan rumah pemerintah. Toh tidak ada yang dirugikan dengan izin safeguard, pertumbuhan ekonomi menjadi bisa didorong di tengah pandemi," kata Said.

Mengenai maraknya baja impor, Said mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yakni hingga akhir 2019, besi dan baja menempati posisi ketiga komoditas impor non-migas yang masuk ke Indonesia. Nilainya mencapai USD 7,63 miliar atau berkisar Rp 106,8 Triliun.

"Produksi baja China pada 2021 ini diprediksi mencapai 1.068 juta ton, sedangkan tahun lalu itu sekitar 1.045 juta ton," ungkap Said.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Strategi Produsen Baja Ringan Bertahan di Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 memberi pukulan yang cukup telak pada sektor konstruksi, khususnya di bidang properti. Tingginya biaya operasional yang ditanggung para pelaku usaha bisnis selama pandemi, tidak sebanding dengan pemasukan karena tingkat penjualan yang ikut turun. Kondisi ini tentu membuat industri properti Indonesia mengalami penurunan cukup parah.

Namun, bisnis properti kini sudah mulai bangkit. Memasuki masa new normal aktivitas ekonomi di beberapa sektor termasuk properti sudah mulai berjalan kembali. Peran pemerintah secara langsung menjadi salah satu pemicu bangkitnya aktivitas bisnis properti Indonesia. Namun demikian, para pelaku usaha konstruksi yang terlibat di dalamnya juga harus tetap jeli melihat peluang.

Hal itu disampaikan Direktur Marketing PT Alsun Suksesindo Nicolas Kesuma usai menerima penghargaan di ajang Housing Estate Award 2020 yang digelar di Hotel Santika, Teraskota, Tangerang Selatan, Selasa (24/11/2020).

PT Alsun Suksesindo sendiri diganjar penghargaan untuk kesekian kalinya dari Housing Estate karena komitmennya memberikan produk unggulan buatan dalam negeri untuk Indonesia. Salah satu produk unggulan dalam penghargaan ini di luar rangka atap baja ringan adalah produk panel insulated dengan coating anti bacterial yang secara khusus digunakan dalam pembangunan fasilitas isolasi dan observasi bagi rumah sakit COVID 19.

Namun tidak lepas dari produk rangka atap baja ringan yang menjadi titik perhatian dalam acara penghargaan housing estate tahun ini, rangka atap baja ringan produk PT Alsun tidak hanya digunakan di segment residential melainkan bangunan bangunan medis seperti RS Pulau Galang dan RS Adam Malik. Dan hal ini adalah strategi yang mereka jalankan selama pandemic berlangsung.

“Strategi mengatasi pandemi yang pertama adalah melihat dan menganalisa costing. Usahakan semua linier bisnis itu jangan sampai ada costing yang berlebihan. Kemudian yang kedua karena pandemi cukup panjang sementara vaksin baru akan dijalankan akhir tahun, jadi 2021 itu kita mengharapkan rebound. Kemudian yang terakhir, adalah dengan melihat porsi pasar medical yang lebih besar,” jelas Nicolas.

Ia menerangkan, saat ini atensi pemerintah lebih besar ke penanganan kesehatan. Pembangunan tempat isolasi dan observasi pasien Covid-19. Karena itu, semua produk yang berkaitan dengan bangunan diharapkan bisa melihat hal itu sebagai sebuah peluang baru. Karena itu ia berharap pelaku usaha konstruksi tidak hanya terpaku di segmen residensial saja. Segmen lain seperti segmen medical yang kini tengah tumbuh juga harus dilihat sebagai sebuah peluang baru.

“Kita melihat growth atau pertumbuhan di sisi medical itu cukup tinggi. Rangka atap baja ringan tidak hanya digunakan di perumahan. Kita lihat Rumah Sakit Pulau Galang (RS Covid-19), RS Adam Malik itu pun menggunakan rangka atap baja ringan kita. Jadi bagaimana strategi kita bisa melebarkan sayap ke segmen- lain salah satunya seperti itu. Jadi tidak hanya menutup diri di properti saja,” jelasnya lagi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.