Sukses

Ada Pandemi Covid-19, Ekspor CPO Indonesia ke Eropa Masih Kinclong

Adapun per Oktober 2020, total volume ekspor komoditi kelapa sawit mencapai 5,13 juta ton.

Liputan6.com, Jakarta Kinerja ekspor sawit nasional disebut masih menjanjikan di pasar Eropa kendati ada pandemi Covid-19. Penurunan nilai ekspor komoditas sawit pada tahun ini relatif kecil dibandingkan tahun 2019.

Kondisi kinerja ekspor sawit ini diungkapkan Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian RI, Musdhalifah Machmud.

"Bahwa di masa pandemi ini sektor kelapa sawit, Alhamdulillah tetap memberikan kinerja baik di pasar Eropa walau pandemi (Covid-19). Karena secara nilai tidak mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan tahun 2019," ujar dia, Kamis (17/12/2020).

Adapun per Oktober 2020, total volume ekspor komoditi kelapa sawit mencapai 5,13 juta ton. Sedangkan nilai ekspor yang diraup Indonesia pada periode yang sama sebesar USD 2,69 miliar.

Sementara total volume ekspor komoditi kelapa sawit pada Oktober tahun 2019 mencapai 6,78 ton. Sedangkan nilai ekspor yang diraup Indonesia pada saat itu sebesar USD 2,77 miliar.

"Artinya penurunan nilai ekspor pada tahun ini relatif tidak signifikan," ujar dia.

Fenomena ini tak lepas dari stabilnya harga CPO secara internasional. Terlebih kebutuhan masyarakat global akan produk CPO dan turunannya masih tinggi selama pandemi berlangsung.

"Ini yang menjadi kebanggaan kita, bahwa harga komoditi sawit seperti CPO dan turunannya bisa stabil bahkan cenderung menguat," imbuh dia.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Malaysia Jadi Kiblat Sawit Dunia, Kok Bukan Indonesia?

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian RI, Musdhalifah Machmud mengakui jika Malaysia masih menjadi tolak ukur dunia untuk stok global produk minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan turunannya, ketimbang Indonesia.

Dia menyebut, hal ini tak lepas dari kepiawaian negeri jiran untuk menyajikan data terkait perkembangan produksi sawit, harga, maupun stoknya yang lebih update dan akurat dibandingkan Indonesia.

"Salah satu permasalahan kita dibandingkan Malaysia kenapa memang dalam melihat stok global CPO selalu cerminnya ke Malaysia. Karena memang Malaysia everyday mereka punya data yang update dan akurat perkembangan produksinya, perkembangan stoknya dan lainnya," tuturnya dalam webinar Masa Depan Sawit Indonesia di Pasar Uni Eropa Pasca Covid-19, Kamis (17/12/2020).

Alhasil, kata Musdhalifah, baik pelaku pasar maupun ekonom dunia akan cenderung berkiblat menggunakan data milik Malaysia untuk mengamati perkembangan CPO dna turunannya. "Karena bagaimana pun juga kegiatan dan lain lain itu sangat tergantung pada data yang baik dan valid itu," terangnya.

Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia bersama stakeholders terkait terus berupaya untuk melakukan pembenahan terkait pendataan produksi sawit, lahan, stoknya dan data penunjang lainnya. Salah satu implementasinya terhadap lahan kelapa sawit hasil rekonsiliasi tutupan nasional tahun 2019 seluas 16.381.959 hektare.

"Pada lahan tersebut sekarang kita sudah lakukan evaluasi-evaluasi, termasuk melihat lebih detail lagi bagaimana status perkebunannya, kita juga identifkasi ada di kawasan hutan yang berdasarkan Permentan. Kita ingin memproduksi data baik produksi, pergulirannya, supaya supply chain itu bisa berjalan dengan baik, agar supaya kita sebagai produsen utama dunia kita bisa menunjukkan keutamaan kita dalam menyajikan informasi kelapa sawit kita kepada dunia," terangnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.