Sukses

Menteri ESDM Dukung PLN Konversi Energi Gas ke Kompor Listrik

PLN tengah melakukan konversi penggunaan gas bumi menjadi kompor induksi.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengapresiasi pemanfaatan tenaga listrik selain sebagai sumber energi kegiatan sehari-hari. Salah satunya konversi penggunaan gas bumi menjadi kompor induksi yang dilakukan oleh PT PLN Persero Tbk.

"Kami juga apresiasi PLN untuk meningkatkan demain konsumsi listrik dengan program konversi energi gas ke kompor induksi," kata Arifin di Jakarta, Selasa (3/11).

Cara ini dilakukan PLN ditengah penurunan konsumsi listrik akibat pandemi Covid-19. Program konversi penggunaan kompor gas ke kompor induksi ini sekaligus memperluas pemanfaatan energi listrik dari yang sudah ada saat ini.

"Listrik punya manfaat yang tinggi bagi kehidupan masyarakat," kata dia.

Untuk itu dia meminta dalam pengelolaan tenaga listrik, pelaku usaha juga bisa menjamin keselamatan dalam proses penyediaannya. Dalam kesempatan yang sama pemerintah menyambut baik penyediaan keselamatan pengadaan ketenagalistrikan melalui kompetisi tahunan Direktorat Jenederal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM.

Dalam ajang kompetisi ini diharapkan bisa meningkatkan kesadaran para pelaku usaha penyedia listrik. Khususnya di bidang pembangkit dari berbagai aspek keselamatan.

"Ajang tahunan ini diharapkan bisa meningkatkan kesadaran para pelaku usaha penyediaan tenga listrik khusunya di bidang pembangkitan baik dari sisi keselamatan, aspek sertifikasi, dan aset lingkungan ketenagalistrikan," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

70 Persen LPG Masih Impor, Migrasi ke Kompor Listrik Bisa Hemat APBN

PT PLN Persero terus berkomitmen untuk mendorong penggunaan kompor induksi listrik di masyarakat. Diantaranya melalui peresmian Kampung Listrik PLN Hijau, di Kampung Hijau Kemuning Tangerang dan Kampung Hijau Batu Ampar Jakarta Timur.

Dalam kesempatan ini, Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini bahkan menargetkan migrasi satu juta dari kompor liquefied petroleum gas (LPG) ke kompor listrik.

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi menyebutkan migrasi tersebut mampu menghemat dana APBN dalam jumlah besar. Dimana selama ini banyak digunakan untuk membiayai impor dan subsidi LPG.

“Lebih dari 70 persen kebutuhan LPG di dalam negeri harus diimpor. Sehingga selain membebani APBN, juga ikut memperbesar defisit neraca perdagangan migas dalam beberapa tahun terakhir ini. Sedangkan subsidi terhadap Gas Melon cenderung meningkat pada setiap tahunnya,” tutur dia dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Kamis (10/9/2020).

Pada 2019, Fahmy mencatat subsidi gas melon kembali naik hingga mencapai sebanyak 6,97 juta metric ton, atau senilai Rp 75,22 triliun. “Subsidi itu lebih besar ketimbang subsidi listrik yang mencapai Rp 62,2 triliun pada periode yang sama,” kata dia.

Fahmy menambahkan, migrasi dari kompor gas ke kompor listrik induksi ini akan berhasil digunakan seluruh lapisan masyarakat, termasuk pelanggan listrik 450 VA jika kompor listrik yang digunakan berdaya listrik rendah, maksimal 150 watt. Dengan penggunaan daya listrik yang rendah, biaya kompor induksi jatuhnya bisa lebih murah ketimbang biaya penggunaan kompor LPG 3 Kg.

Lebih lanjut, Fahmy menguraikan bahwa biaya untuk memasak 10 liter air menggunakan kompor LPG sebesar Rp 2.055, sedangkan biaya untuk kompor induksi hanya Rp 1.426. Migrasi secara masif dinilai dapat mengatasi potensi kelebihan pasokan (over supply) listrik PLN pasca selesainya proyek listrik 35.000 MW. Selain itu, migrasi ke kompor listrik juga akan memicu berkembangnya industri kompor listrik induksi berdaya listrik rendah di Indonesia.

“Penggunaan kompor listrik secara luas memang lebih ramah lingkungan daripada kompor gas. Namun, PLN juga harus melakukan migrasi penggunaan energi primer dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT), yang lebih ramah lingkungan,” kata dia.

Namun, lanjut Fahmy, tanpa peningkatan penggunaan EBT dalam pembangkit listrik PLN, penggunaan kompor listrik tidak akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pengurangan pencemaran udara. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.