Sukses

China jadi Negara Tujuan Ekspor Terbesar Indonesia di September 2020

Pada September 2020, nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok sebesar USD 2,63 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia pada September 2020 mengalami peningkatan sebesar 6,97 persen dibanding bulan sebelumnya Agustus 2020. Ekspor September tercatat sebesar USD 14,01miliar sedangkan pada bulan sebelumnya ekspor sebesar USD 13,10 miliar.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, berasarkan negara tujuan ekspor Indonesi ke Tiongkok pada September 2020 mengalami peningkatan signifikan.

Tercatat selama periode tersebut nilai ekspor ke Tiongkok sebesar USD 2,63 miliar. "Pangsa ekspor September ini terutama tertuju ke Tiongkok, USD 2,63 miliar. Artinya 19,75 persen dari total ekspor kita ditujukan ke Tiongkok," kata dia dalam video conference di Kantornya Jakarta, Kamis (15/10).

Dia mengatakan ekspor utama ke Tiongkok nyaris tidak berubah dibandingkan bulan lalu. Dimana ekspor Indonesia ke negara tersebut didominasi oleh besi dan baja, lemak minyak hewan nabati dan bahan bakar mineral.

Tidak sampai di situ, ekspor buah-buahan ke Tiongkok juga mengalami peningkatan pada September 2020. Beberapa peningkatan di antaranya adah Manggis, Pisang, dan Kelapa dari perkebunan.

Kemudian pangsa ekspor terbesar lainnya disusul oleh Amerika Serikat dan Jepang. Masing-masing kedua negara tersebut mencatatkan nilai ekspor mencapai USD 1,68 miliar dan USD 1,06 miliar.

"Sementara ekspor ke Amerika Serikat itu didominasi pakaian dan aksesorisnya, mesin dan perlengkapan elektrik dan pakaian dan aksesorisnya tapi bukan rajutan," tandas dia.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gara-Gara Harga Turun, Ekspor Emas dan Perhiasan Anjlok di September 2020

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto mengakui masih ada beberapa kelompok barang ekspor yang tidak menunjukan kinerja terbaiknya di September 2020. Salah satunya yakni ekspor logam mulia, perhiasan dan permata.

Dia mengatakan, kelompok barang HS 2 digit ini mengalami penurunan cukup dalam yakni sebesar USD 113,2 juta, jika dibandingkan posisi bulan sebelumnya yakni Agustus 2020. Adapun negara tujuan kelompok barang ini menyasar Swiss, Singapura, dan Amerika.

"Komoditas yang mengalami penurunan harga yaitu perak dan emas. Jadi harga emas turun dari bulan Agustus ke bulan September mengalami penurunan 2,37 persen. Meskipun kalau kita bandingkan posisi tahun lalu harga emas ini masih mengalami peningkatan sebesar 27,23 persen," kata dia dalam video conference di Kantornya, Jakarta, Kamis (15/10).

Kemudian kelompok barang HS yang mengalami penurunan lainnya juga terjadi pada barang-barang dari besi dan baja. Kelompok barang HS 73 ini mengalami penurunan sebesar USD 73,8 juta dari posisi bulan sebelumnya.

Selanjutnya ekspor bahan bakar mineral juga mengalami penurunan sebesar USD 42,6 juta. Di mana kelompok barang HS 27 itu ditujukan ke India, Tiongkok, dan Filipina.

"Karena ada penurunan permintaan dan juga adanya penurunan harga yang masih tajam menyebabkan ekspor bahan bakar mineral kita pada bulan September ini mengalami penurunan," katanya.

Kemudian dua barang lainnya yang juga mengalami penurunan yakni barang dari kulit samak dan tembakau dan rokok. Di mana masing-masing pada bulan September mengalami penurunan ekspor USD 27,7 juta dan USD 17,4 juta.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia pada September 2020 mengalami peningkatan sebesar 6,97 persen dibanding bulan sebelumnya Agustus 2020. Ekspor September tercatat sebesar USD 14,01miliar sedangkan pada bulan sebelumnya ekspor sebesar USD 13,10 miliar.

"Pada bulan September tahun 2020 nilai ekspor Indonesia adalah sebesar USD 14,01 miliar. Kalau kita bandingkan posisi September ini dengan posisi bulan Agustus tahun 2020 berarti nilai ekspor kita mengalami kenaikan yang cukup bagus yaitu sebesar 6,97 persen," kata kepala BPS, Suhariyanto, dalam video conference di Kantornya, Jakarta, Kamis (15/10).

Peningkatan ekspor ini terjadi karena sektor migas dan nonmigas sama-sama mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya. Di mana migas tercatat naik sebesar 17,43 persen atau mencapai USD 0,70 miliar. Sedangkan ekspor non migas naik sebesar 6,47 persen atau tercatat USD 13,31 miliar.

"Jadi kiranya ini jadi irama yang menggembirakan.Karena ekspor baik dari sisi migas maupun nonmigas dengan kenaikan sebesar 6,97 persen," kata dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.