Sukses

Penyedia Layanan Keuangan Digital Ini Gandeng Martha Tilaar Group Perkuat Bisnis

IRMA bekerja sama dengan PT Martina Berto Tbk, salah satu unit bisnis dari Martha Tilaar Group guna memperluas distribusi produk.

Liputan6.com, Jakarta - Kolaborasi lazim terjadi di dunia bisnis. Untuk memperluas distribusi, IRMA yang memiliki jaringan warung independen terbesar di seluruh Indonesia menjalin kerja sama dengan PT Martina Berto Tbk, salah satu unit bisnis dari Martha Tilaar Group yang dikenal sebagai produsen kosmetik & skincare terkemuka di Indonesia.

IRMA sendiri saat ini telah memiliki jaringan lebih dari 350 ribu warung. Bentuk kerja sama kedua pihak berupa pendistribusian produk-produk pilihan dan berkualitas dari PT Martina Berto, Tbk melalui jaringan milik IRMA.

IRMA didirikan oleh tiga orang pendiri dan telah beroperasi sejak 2010 sebagai penyedia perangkat lunak untuk distributor dan outlet produk digital dan kemudian diresmikan pada tahun 2017. Sejak itu IRMA dengan cepat membentuk identitas dan mengubah model bisnisnya untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pasar.

“IRMA memiliki jaringan yang kuat dan dibangun atas dasar kepercayaan dan mempunyai tujuan untuk menciptakan sebuah ekosistem yang memiliki berbagai nilai tambah. Kami telah melakukan perubahan model bisnis yang disambut baik dan positif oleh distributor dan outlet kami karena dengan adanya perubahan model bisnis ini kami dapat memberikan manfaat tambahan serta menawarkan solusi yang lebih baik”, ujar Co-Founder IRMA Henry Panjaitan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (16/9/2020).

PT Martina Berto Tbk sendiri sangat antusias dengan kolaborasi ini. Seperti yang diungkapkan oleh CEO Martha Tilaar Group Kilala Tilaar. Kolaborasi antara IRMA dan PT Martina Berto, Tbk membuka saluran distribusi baru untuk Martha Tilaar Group dan pada saat bersamaan juga menciptakan peluang bagi seluruh jaringan IRMA untuk mendapatkan pendapatan tambahan selain dari pendapatan yang telah ada sebelumnya sehingga dapat membantu pemilik warung untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

“Kami selalu berusaha responsif dengan perubahan dan update dengan kondisi yang terjadi di pasar. Kesempatan untuk bekerja sama dengan IRMA merupakan salah satu langkah kami untuk melakukan terobosan dan men-grab peluang pasar," ungkap dia.

Selain mendistribusikan dan menyediakan pasokan produk digital, layanan Payment Point Online Bank (PPOB) dan kini mendistribusikan produk fisik ke outlet, IRMA juga memperkaya layanan untuk menyediakan produk perbankan dasar dengan menyediakan layanan keuangan digital (LKD) di setiap outlet untuk memberikan layanan setor uang, tarik tunai, pembayaran melalui e-money dan juga transfer dana.

Pertumbuhan dan perkembangan IRMA telah didukung oleh investor dan penasihat lokal yang berkeinginan untuk memberikan akses dan layanan yang sama ke semua orang.

Pada tahun 2019, IRMA telah melakukan penggalangan dana pra-putaran Seri A sekaligus mengukuhkan diri sebagai pemilik jaringan warung terbesar di Indonesia dengan banyak potensi yang dapat dimanfaatkan. Semua keunggulan yang dimiliki IRMA diharapkan dapat membantu PT Martina Berto, Tbk untuk berkembang lebih pesat dan memperluas jangkauan, serta mendekatkan diri ke konsumen.

“Kami berharap value dan selling point kedua belah pihak bisa bersinergi dengan baik sehingga terintegrasi menjadi sebuah kekuatan positif yang dapat bermanfaat dan mampu memperkuat tumbuh kembang bisnis masing-masing,” ujar Kilala.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Manfaatkan Transformasi Digital, Penerimaan Pajak Bisa Lebih Optimal

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyadari transformasi digital saat ini menjadi peluang besar di Tanah Air. Untuk itu, pihaknya terus berupaya melakukan berbagai transformasi menuju ke arah digital.

Dia mengatakan, satu sudah dilakukan adalah investasi melalui Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN G3). Di mana Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sudah bisa dilakukan secara online, yang bertujuan memperluas kanal penerimaan negara yang bisa melalui ecommerce atau fintech.

"Ini adalah infrastruktur yang kita miliki, sehingga bisa menjangkau berbagai kegiatan yang transformasi menuju ke digital, e-commerce dan bisnis baru seperti fintech," jelas dia di DPR RI, Jakarta, Selasa (15/9).

Dia mengatakan, SP2D online itu juga dapat langsung memotong dan menyetorkan pajak daerah melalui Rekening Kas Umum Daerah (RKUD).

Di samping itu, dari sisi penerimaan pajak, Kementerian Keuangan juga sudah mentransformasikan menuju ke arah digital. Secara legislasi sudah mendapatkan bahkan diatur di dalam Perppu 1 2020 yang sudah disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020.

"PPN sudah kita sekarang pungut untuk berbagai institusi digital luar negeri. Ada 28 subjek pajak luar negeri (SPLN) yang sekarang sudah kita beri otoritas untuk meng-collect dan menyetor ke kita. dan ini jumlahnya masih akan bertambah lagi," jelas Sri Mulyani.

"Jadi pengenaan pajak untuk transaksi elektronik melalui SPLN, dari sisi PPN sudah punya mandat melalui Perppu," tambah dia.

Sedangkan untuk PPh masih menjadi debat di ranah internasional. Sejauh ini pembahasan pengenaan PPh masuk dalam negisiasi di OECD mengenai hak pemajakan antar negara dari perusahaan-perusahaan yang beroperasi antar negara tersebut.

"Ini yang menjadi salah satu debat paling sengit di G20. Di mana AS juga meminta untuk tidak maju dulu, atau dalam hal ini pada pertemuan G20 terakhir, mereka tidak mau menyetujui arah yang sekarang sedang dibahas," tandas Sri Mulyani.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.