Sukses

Indonesia Diyakini Mampu Bertahan dari Krisis Ekonomi, Ini Rahasianya

Sebagai salah satu negara dengan perekonomian yang patut diperhitungkan di ASEAN, Indonesia mampu bertahan di tengah krisis ekonomi akibat Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai salah satu negara dengan perekonomian yang patut diperhitungkan di ASEAN, Indonesia mampu bertahan di tengah krisis ekonomi akibat Covid-19.

Sebelum krisis global yang terjadi akibat Covid-19, Indonesia pernah mengalami kondisi serupa pada tahun 1998. Apabila dibandingkan dengan krisis 1998, ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih kuat dan sehat.

Hal tersebut tercermin pada beberapa aspek termasuk peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga lima kali lipat menjadi 1,1 triliun Dolar AS, dan peningkatan cadangan devisa sekitar tujuh kali lipat menjadi 129 miliar Dolar AS.

Selalu menjadi kekhawatiran, pinjaman luar negeri naik sebesar 3,1 kali lipat menjadi 404 miliar. Adapun, hal yang perlu di garis bawahi adalah rasio utang Indonesia terhadap PDB yang mengalami penurunan dari 57 persen menjadi 36 persen.

Uniknya, tahun 1998 dan 2020 mencatat depresiasi Rupiah yang serupa yaitu sekitar Rp16.500 sampai Rp16.600. Hal yang berbeda di tahun 2020 adalah tingkat depresiasi sebesar 16 persen, dari 500 persen di tahun 1998.

Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia, Paulus Sutisna mengungkapkan bahwa perbedaan yang paling berarti terasa dari segi kestabilan politik.

"Berbeda dengan situasi politik tahun 1998 yang sangat tidak stabil, kondisi saat ini jauh lebih stabil di mana Presiden Jokowi memasuki periode kedua. Selain itu, pemerintahan Jokowi juga mengeluarkan berbagai kebijakan stimulus yang ditargetkan untuk mengurangi kemiskinan," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (15/7/2020).

Berbeda dengan masyarakat pada1998 yang belum berbekal jaminan sosial, masyarakat kini memiliki program jaminan sosial atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) yang memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan pengobatan gratis.

Dalam upaya meminimalisir dampak Covid-19, pemerintah meningkatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 27 miliar Dolar AS untuk pembiayaan pelayanan kesehatan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Upaya Menangkap Peluang di Tengah Pandemi  

Kendati ekonomi Indonesia mengalami krisis akibat Covid-19, Bank DBS Indonesia melihat potensi ekonomi digital mampu mendorong pemulihan ekonomi nasional.

Sebagai salah satu negara dengan partisipasi media sosial tertinggi, Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi digital yang pesat selama satu dekade terakhir, di mana Indonesia sudah memiliki enam unicorn yaitu Gojek, Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, OVO, dan JD.ID.

Dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di tengah pandemi yang diterapkan pemerintah, sektor logistik merasakan dampak positif, mengingat masyarakat cenderung menghabiskan pengeluaran di e-commerce untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sebagai salah satu pelopor perbankan digital di Indonesia, digibank by DBS juga mengamati adanya peningkatan popularitas dan ketergantungan masyarakat pada e-commerce di masa pandemi.

“Kami beruntung karena sudah berbekal infrastruktur teknologi yang mumpuni saat pandemi berlangsung. Dalam kaitannya dengan digibank by DBS, kami melihat penerimaan masyarakat yang jauh lebih baik di masa pandemi ini. Kondisi saat ini menjadi daya tarik yang kuat dalam menghadirkan nasabah baru, yang mulai beralih dari transaksi di kantor cabang menjadi transaksi pada telepon genggam. Dengan penambahan fitur-fitur pada aplikasi, digibank by DBS mampu memenuhi kebutuhan nasabah yang kian meningkat dan cepat berubah,” ujar Paulus.

Dari sisi korporasi, kebijakan kerja dari rumah (WFH) turut mendorong masyarakat untuk memanfaatkan kanal digital seperti IDEAL dari Bank DBS Indonesia yang juga mengalami pertumbuhan di tengah pandemi Covid-19.

“Menjadikan keselamatan karyawan sebagai prioritas utama, 62 persen karyawan Bank DBS Indonesia sudah dapat bekerja dari rumah. Transformasi tersebut memungkinkan karyawan yang sedang WFH untuk meminimalisir gangguan saat melayani nasabah," kata dia.

"Hal ini merupakan realita pada masa Covid-19; dulu segala sesuatu memakan waktu lebih lama untuk diimplementasikan terlebih dari sisi digital, sekarang terjadi dan bekerja. Ini adalah one way move, yang tidak akan kembali lagi ke metode old school,” tambah Paulus dan DBS Chief Economist, Taimur Baig.

 

 

3 dari 3 halaman

Kondisi Perekonomian Indonesia Pasca-Pandemi Covid-19

Dikarenakan infrastruktur kesehatan Indonesia mengalami banyak tantangan dan diprediksi akan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih, dibanding negara-negara ASEAN lainnya dengan infrastruktur kesehatan yang lebih kuat dan solid. Beberapa studi memperkirakan kondisi kesehatan Indonesia dapat pulih pada bulan September hingga Oktober 2020.

“Tidak seperti kondisi kesehatan, perekonomian Indonesia justru diperkirakan akan pulih lebih cepat. Hal tersebut memungkinkan karena Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki permintaan domestik yang kuat,” jelas Paulus.

Secara historis, rata-rata rasio ekspor terhadap PDB Indonesia adalah sebesar 20 persen hingga 25 persen. Pada situasi normal, Indonesia tertinggal dari negara lain yang memiliki persentase yang lebih besar.

“Di tengah pandemi ini, negara seperti Indonesia justru mendapatkan keuntungan. Berbekal permintaan domestik yang kuat, Indonesia tidak perlu terlalu fokus terhadap ekspor dan dapat lebih fokus pada pengeluaran pemerintah yang dapat mendorong perekonomian Indonesia," DBS Chief Economist, Taimur Baig.

Dengan kata lain, kondisi saat ini membuat perekonomian beberapa negara yang awalnya tumbuh lebih cepat dari Indonesia kini menjadi lesu ketika permintaan eksternal melemah. Sebaliknya, negara-negara seperti Indonesia yang bergantung pada permintaan domestik berpotensi untuk bertahan lebih baik.

Kehadiran pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan global secara dramatis yang nyatanya melumpuhkan roda perekonomian global, tak terkecuali Indonesia. Memasuki era new normal, kini saatnya masyarakat kembali menata kehidupan dan mulai memperbaiki kerugian akibat pandemi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.