Sukses

Stimulus Fiskal dan Moneter di Beberapa Negara Mulai Membuahkan Hasil

Banyaj negara ingin mengembalikan pertumbuhan ekonomi sehingga terhindari dari jurang resesi.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian besar negara telah mengeluarkan stimulus baik fiskal maupun moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi Corona. Berbagai stimulus ini ternyata telah memberikan sedikit tenaga di beberapa negara yang sebelumnya mengalami kontraksi.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Wajiyo menjelaskan, berbagai kebijakan pembatasan yang dijalankan banyak negara untuk mengurangi penyebaran virus Corona telah membuat pertumbuhan ekonomi global terkontraksi. 

"Pembatasan aktivitas ekonomi sebagai langkah penanganan pandemi corona berisiko menurunkan pertumbuhan ekonomi global 2020 lebih besar dari prakiraan awal," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Wajiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur bulan Juni di Gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (18/6/2020).

Melihat hal tersebut, beberapa negara pun ingin mengembalikan pertumbuhan ekonomi tersebut sehingga terhindari dari jurang resesi dengan mengeluarkan beberapa kebijakan baik dari stimulus fiskal maupun moneter. 

Kontraksi volume perdagangan dunia dan penurunan harga komoditas terlihat tidak sedalam prakiraan sebelumnya. Berbagai stimulus kebijakan fiskal dan moneter terus ditempuh banyak negara untuk memitigasi risiko kontraksi perekonomian.

Perkembangan terkini menunjukkan, respons kebijakan dan relaksasi pembukaan kembali pembatasan kegiatan ekonomi mulai mendorong kegiatan ekonomi di beberapa negara. Tentunya hal ini dengan mempertimbangkan penyebaran Covid-19 yang melandai.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Aliran Modal Masuk

Perry mengatakan berbagai indikator dini pada Mei 2020 secara bertahap mulai membaik. Misalnya kinerja sektor manufaktur yang tercermin dari kenaikan Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur dan konsumsi listrik di China. Lalu pertumbuhan positif sektor properti di China dan Amerika Serikat.

"Serta perbaikan PMI jasa di Eropa, Jepang dan Amerika Serikat, meskipun masih pada level yang rendah," imbuh Perry.

Perkembangan ini mengurangi ketidakpastian di pasar keuangan global dan mendorong aliran modal global ke negara berkembang. Hal ini juga mengurangi tekanan nilai tukar mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.