Sukses

Harga Minyak Naik 2 Persen karena Optimisme Pemotongan Produksi

Menteri energi Uni Emirat Arab yakin bahwa negara OPEC + akan patuh terhadap pemotongan produksi yang telah disepakati.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta) karena adanya tanda-tanda permintaan bahan bakar di dunia pulih kembali. Sementara itu anggota OPEC+ juga mematuhi kesepakatan pemotongan produksi.

Mengutip CNBC, Selasa (16/6/2020), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 86 sen atau 2,37 persen menjadi USD 37,12 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Brent naik 96 sen atau 2,5 persen diperdagangkan pada level USD 39,73 per barel.

Harga rebound setelah di awal perdagangan sempat mengalami tekanan setelah menteri energi Uni Emirat Arab menyuarakan keyakinan bahwa negara-negara OPEC + akan patuh terhadap pemotongan produksi yang telah disepakati akan memenuhi komitmen mereka untuk melaporkannya.

Selain itu, kenaikan harga minyak juga dipicu oleh keyakinan pelaku pasar bahwa akan terjadi kenaikan permintaan atau pemulihan permintaan akan minyak mentah dan juga bahan bakar karena beberapa negara sudah mulai membuka lockdown.

"Sentimen-sentimen tersebut sepertinya menghilangkan beberapa negativitas pasar," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.

"Saat ini perang yang terjadi adalah ketakutan tentang virus Corona versus kenyataan dari apa yang terjadi di lapangan." tambah dia.

Negara-negara anggota OPEC akan bertemu pada Kamis pekan ini. Mereka akan melaporkan kemajuan pengurangan produksi minyak seperti yang telah disepakati sebelumnya.

Irak setuju dengan perusahaan-perusahaan minyak utama untuk memangkas produksi minyak lebih lanjut pada Juni.

Arab Saudi juga telah mengurangi volume minyak mentah yang akan disuplai ke setidaknya lima pembeli di Asia.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sentimen Negatif

Namun, kekhawatiran penutunan permintaan bahan bakar telah membebani sentimen pasar. Lebih dari 25.000 kasus virus Corona baru dilaporkan pada hari Sabtu di Amerika Serikat (AS), di mana lebih dari 2 juta orang telah terinfeksi, sekitar seperempat dari kasus di seluruh dunia.

Setelah hampir dua bulan tanpa infeksi baru, pejabat Beijing melaporkan 79 kasus virus Corona selama empat hari terakhir, memicu kekhawatiran akan merebaknya salah satu kota terpadat di dunia.

Data ekonomi dari China menunjukkan ekonomi terbesar kedua di dunia itu berjuang untuk kembali ke jalurnya. Output industri pada bulan Mei diperluas 4,4 persen dari tahun sebelumnya, kurang dari yang diharapkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.