Sukses

Bank of America: Ekonomi Global Menuju Tahun Terburuk Sejak Krisis Keuangan

Bobot terbesar yang mempengaruhi ekonomi global adalah wabah Virus Corona, yang telah menghantam aktivitas ekonomi di China dan negara lain.

Liputan6.com, Jakarta Bank of America memprediksi kondisi pertumbuhan ekonomi global menjadi yang terburuk tahun ini sejak terjadinya Resesi yang berakhir pada 2009. Pemicunya kembali soal wabah Virus Corona dan berbagai faktor lain.

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto di seluruh dunia diproyeksikan melambat menjadi 2,8 persen untuk tahun 2020. Menurut BofA Global Research ini menjadi akan menjadi sub-3 persen pertama sejak resesi dan krisis keuangan berakhir pada pertengahan 2009.

Melansir laman CNBC, Jumat (28/2/2020), bobot terbesar yang mempengaruhi ekonomi global adalah wabah Virus Corona, yang telah menghantam aktivitas ekonomi di China saat penyakit ini menyebar.

Ekonom BofA mengatakan perang perdagangan AS-Cina, ketidakpastian politik, dan kelemahan di Jepang dan beberapa wilayah Amerika Selatan juga merupakan bagian dari "efek limpahan besar" yang membebani output.

“Gangguan yang berkepanjangan di Tiongkok seharusnya merusak rantai pasokan global. Arus wisata yang lemah akan menjadi angin bagi Asia,” ujar ekonom BofA, Aditya Bhave dalam sebuah catatan.

Sebagai bagian dari perlambatan, BofA juga memprediksi ekonomi China hanya tumbuh 5,2 persen pada tahun 2020, turun dari tahun lalu sebesar 5,9 persen. PDB global tidak termasuk China diperkirakan akan naik hanya 2,2 persen, juga yang terendah sejak resesi.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Belum ke Resesi

Namun ekonom belum melihat Virus Corona berubah menjadi pandemi global, ataupun mengarah akan terjadinya resesi. Sebaliknya, mereka melihatnya sebagai bagian dari tren perlambatan yang lebih besar didorong banyak faktor.

Kemudian dapat diperburuk berlangsungnya Pemilihan Presiden AS tahun ini. Serta kemungkinan efek lanjutan dari ketegangan perdagangan dengan China.

"Pemilihan Presiden mendatang menambah lapisan kompleksitas, karena kebijakan perdagangan AS mungkin akan berubah secara signifikan di bawah Presiden dari Partai Demokrat," tulis Bhave.

Investasi dan atus bisnis diprediksi kemungkinan akan tetap mendatar sampai ada kejelasan yang lebih besar pada aturan permainan.

Bhave menyebut, guncangan ketidakpastian seperti itu cenderung berdampak pada posisi tertinggal, besar, dan tahan lama.

Kebijakan bank sentral yang lebih ketat dan dampak lanjutan dari pertumbuhan yang hangat di 2019 juga membebani pertumbuhan.

 

Reporter : Danar Jatikusumo

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.