Sukses

Pertamina Bakal Produksi 6 Ribu Barel B100 di 2021

Total investasi capai USD 600 juta, Pertamina targetkan produksi 6 ribu barel B100 di 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Vi DPR RI gelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati. Rapat tersebut membahas mengenai road map energi terbarukan, kilang (refinery) dan gas.

Dalam paparannya, Nicke Widyawati targetkan produksi B100 pada pertengahan awal tahun depan (2021) sebanyak 6.000 barel per hari. Hal ini merupakan produksi tahap uji coba dalam program Quick Win.

"Quick Win pertengahan tahun depan sudah ada B100, 6.000 barel per hari. Ini bisa membuktikan bahwa CPO (Crude Palm Oil/minyak kelapa sawit) kita bisa B100. CPO kita berkualitas bagus," jelasnya.

Uji coba produksi B100 ini merupakan lompatan dari produksi biodiesel 30 persen (B30). Kata dia, CPO yang terus ditingkatkan di dalam negeri hingga 100 persen sebagai bukti bahwa sawit nasional berkualitas.

Untuk memproduksi bahan bakar B100 Pertamina ‎akan melakukan modifikasi (revamping equipment) Kilang Cilacap. Hal ini penting dilakukan, sebab dalam proses pencampuran FAME dengan solar saat ini hanya mampu dengan kandungan 30 persen saja. Selain dari Cilacap, nantinya produksi B100 rencananya akan dilakukan di Kilang Plaju, Dumai.

Untuk proyek ini, Nicke menyebutkan total investasinya mencapai USD 600 juta. Ia juga meminta pemerintah mengatur harga minyak kelapa sawit murah atau domestic market obligation (DMO) agar bisa merealisasikan proyek ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Investasi Capai USD 20 Miliar, Penerapan B100 Masih Jauh

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengumumkan, program bahan bakar campuran 30 persen biodiesel dengan solar (B30) bakal diimplementasikan tahun ini.

Untuk selanjutnya, penerapan program tidak akan langsung loncat dari B30 ke B100 lantaran secara investasi terbilang sangat besar, yakni mencapai USD 20 miliar.

Tak hanya biaya besar, Darmin mengatakan, proses pengujiannya pun membutuhkan waktu yang lama. Oleh karenanya, ia menyampaikan, pasca B30 pemerintah dan pihak swasta akan terlebih dahulu melakukan uji coba untuk B65.

"Karena B100 itu investasinya agak besar, jadi itu teknologinya lain. Dan itu begitu invest, 3-4 tahun baru keluar dia hasilnya. Emang kalau invest bisa selesai kayak dibikin pabrik sepatu, tahun depan langsung selesai. Bisa 3-4 tahun," tuturnya di Jakarta, Kamis (29/8/2019).

"Sebelum 3-4 tahun, mungkin selesainya baru sebagian. Sehingga kita mungkin belum meloncat ke B100. B100 itu akan dicapai pada waktu investasi," dia menambahkan.

3 dari 3 halaman

Butuh USD 20 Miliar

Adapun secara nilai investasi, ia menyebutkan, program B100 membutuhkan dana hingga USD 20 miliar. Biaya tak sedikit itu akan menjadi tanggungan perusahaan swasta yang bergerak di industri kelapa sawit.

"Besar itu. Itu bisa kira2 antara sekitar USD 20 miliar. Tapi itu semua swasta, bukan pemerintah. Itu swasta, yang punya pabrik kelapa besar-besar itu, sehingga mereka yang harus ikut mempertahankan posisi kelapa sawit dong," serunya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.