Sukses

Kekurangan Dana, Peringatan Hari Buruh di Kenya Batal

Hari Buruh di Kenya sempat ada yang batal karena kurangnya dana.

Liputan6.com, Nairobi - Tiap 1 Mei, kaum pekerja di seluruh dunia merayakan Labor Day atau yang umum disebut Hari Buruh. Hari Buruh bermula di kota New York untuk mengingat kontribusi kaum pekerja bagi kesejahteraan negara.

Pada Hari Buruh ini pula kaum pekerja menyuarakan keresahan mereka. Misal di Korea Selatan (Korsel), pekerja menuntut kondisi kerja yang layak serta protes monopoli para keluarga konglomerat (chaebol), sementara para pekerja di Indonesia menuntut upah yang lebih layak. Pegawai Google pun turut angkat suara terkait hak-hak pekerja.

Sayangnya, tak semua pekerja di dunia bisa meramaikan Hari Buruh. Pelaksanaan di Kenya sempat batal akibat kurangnya dana dan sepi karena serikat pekerja kurang populer.

Mengutip Pulse Live, perayaan Hari Buruh di daerah Kakamega batal akibat kurangnya dana dari Central Organisation of Trade Union (Cotu, Organisasi Pusat Serikat Pekerja di Kenya). Awalnya, perayaan akan dilangsungkan di Stadion Bukhungu.

Berlangsungnya Hari Buruh di ibu kota Kenya, Nairobi, juga relatif sepi. Hanya segelintir orang yang hadir di Uhur Park tempat berlangsungnya acara, demikian laporan Nairobi News.

Untuk kasus di Nairobi, para warganet menyalahkan Cotu yang dinilai masuk politik. Pemimpin Cotu, Francis Atwoli, juga dikritik warganet karena sudah menjabat sejak 2001 dan memberikan aksi Hari Buruh yang repetitif.

Meski demikian, pihak Cotu mengaku tamu-tamu VIP datang ke Hari Buruh. Di antara tamu penting yang hadir ada Menteri Tenaga Kerja Ukur Yattani.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Staf Google di Seluruh Dunia Serukan Aksi Protes Saat Hari Buruh

Karyawan Google kembali melakukan aksi protes di kantor-kantor utama perusahaan IT tersebut di seluruh dunia, kali ini bertepatan dengan Hari Buruh 2019.

Demonstrasi itu adalah kedua kalinya dalam enam bulan terakhir. Akhir 2018 lalu, mereka melakukan mogok kerja, protes terhadap pelecehan di tempat kerja, mengutip New Indian Express pada Rabu (1/5/2019).

Menurut informasi dari grup aksi, protes Hari Buruh oleh staf perusahaan IT raksasa tersebut diketahui dilaksanakan pada 1 Mei 2019, sekitar pukul 11.00 pagi.

"Enam bulan lalu kami melakukan pawai protes. Kali ini, kami kembali protes," kata grup bernama "Google Walkout for Real Change" di Twitter pada Selasa, 30 April 2019. Twit itu sekaligus berfungsi sebagai pengumuman adanya aksi Hari Buruh keesokan harinya.

Mengingat pada 1 Mei 2019 beberapa kantor Google akan tutup, grup itu menyerukan agar aksi tetap berjalan keesokan harinya, 2 Mei 2019.

Dalam sebuah twit, grup aksi juga menuturkan tindakan kurang layak yang telah dilakukan oleh perusahaan kepada kolega mereka.

"Dari diperintahkan untuk mengambil cuti sakit ketika Anda tidak sakit, hingga laporan Anda diambil. Kita muak dengan pembalasan," lanjut grup tersebut, menjelaskan tindakan yang dilakukan oleh Google sebagai respons terhadap demonstrasi mereka enam bulan lalu.

Sebagaimana diketahui, pada November 2018 sebanyak hampir 20.000 karyawan Google di seluruh dunia protes akibat kasus pelecehan seksual.

Dua karyawan yang mengorganisir pemogokan pada November, mengklaim Google telah melakukan tindakan pembalasan terhadap mereka.

3 dari 3 halaman

Hari Buruh di Malaysia, Pekerja Menuntut Perlakuan yang Lebih Adil

Para tenaga kerja dan masyarakat sipil di Malaysia melakukan aksi damai dalam peringatan Hari Buruh, 1 Mei 2019. Mereka menyerukan peningkatan gaji dan berakhirnya diskriminasi, mengutip laman Malay Mail pada Rabu (1/5/2019).

Tuntutan pada Hari Buruh 2019 tersebut didasarkan pada laporan Bank Negara Malaysia baru-baru ini yang memperlihatkan ketidakseimbangan, antara tingkat upah dan produktivitas pekerja.

Laporan itu juga menyarankan gaji minimum sebesar 2.700 ringgit Malaysia (sekira Rp9.307.575) untuk pekerja biasa yang berada di pusat-pusat kota. Untuk diketahui, upah minimum saat ini adalah 1.100 ringgit Malaysia (sekira Rp 3.791.975).

"Setiap tahun kami memiliki tema yang berbeda dan tahun ini sangat penting untuk mengedepankan (hak) pekerja," kata Nik Aziz Afiq Abdul, salah satu peserta demonstrasi Hari Buruh 2019 yang juga merupakan mantan kandidat anggota dewan dari Parti Sosialis Malaysia. 

Dalam aksi damai kali ini, pihak penyelenggara mempersatukan 99 kelompok. Di antara mereka adalah badan mahasiswa, aosiasi tenaga kerja pembersih rumah sakit, perwakilan desa, partai politik sosialis, serta beberapa kelompok lain dari latar belakang yang beragam. Jumlah partisipan sekitar 300 orang.

Mereka berkumpul sekitar pukul 08.30, pagi waktu setempat di Maju Junction Mall, Kuala Lumpur, Malaysia.

Badan mahasiswa yang tergabung dalam massa aksi juga sempat menampilkan pertunjukan teatrikal. Drama itu bercerita tentang seorang bos kaya yang mengenakan topeng Firaun Mesir, menganiaya para pekerjanya.

Pentas berakhir saat para pekerja bersatu untuk menggulingkan bos mereka, dengan teriakan "Hidup, Hidup, Hidup Pekerja."

Mereka kemudian berjalan melalui Jalan Tuanku Abdul Rahman menuju Dataran Merdeka di mana demonstrasi singkat akan dilakukan untuk menutup acara.

Hari Buruh juga diperingati di sejumlah tempat lain di Malaysia. Satu yang paling besar dilaksanakan di Wisma MTUC di Subang Jaya, Selangor, yang dihadiri oleh M. Kulasegaran, Menteri Sumber Daya Manusia Malaysia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.