Sukses

RI Target Raup USD 24 Miliar dari Pariwisata pada 2024

Pemerintah dan BI menetapkan target jumlah wisata mancanegara (wisman) sebanyak 25 juta dengan penerimaan devisa sebesar USD 28 miliar di 2024.

Liputan6.com, Yogyakarta - Pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah Daerah (Pemda) menggelar rapat koordinasi (rakor) terkait dengan pengembangan sektor pariwisata di Tanah Air. 
 
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, rakor tersebut menghasilkan sejumlah hal yang akan dilaksanakan pemerintah. Pertama, pemerintah dan BI menetapkan target jumlah wisata mancanegara (wisman) sebanyak 25 juta dengan penerimaan devisa sebesar USD 28 miliar di 2024.
 
"Sejumlah kesepakatan telah dilakukan, mencakup 8 aspek. Target yang ingin dicapai dan disepakati untuk 2019 jumlah wisman 20 juta dengan devisa USD 17,6 miliar, naik dari USD 14 di 2017. Di ‎2024 kita arahkan jumlah wisman 25 juta dengan devisa USD 28 miliar," ujar dia di Yogyakarta, Rabu (29/8/2018).
 
 
Kedua, pemerintah menetapkan sembilan destinasi wisata yang siap dipasarkan yaitu Bali, Jakarta dan sekitarnya, Kepulauan Riau, Bromo Tengger Semeru dan Banyuwangi. Serta empat destinasi wisata prioritas yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo.
 
"Untuk memperkuat pariwisata itu akan dilakukan penguatan dan nomenklatur  jenis usaha yang mengacu dari Kemenpar," kata dia.
 
Ketiga, terkait pembiayaan, akan dikeluarkan Permenko Ekonomi mengeni KUR pariwisata. dengan subsidi suku bunga. Terkait hal ini, OJK juga keluarkan aturan yang dorong pelaku usaha. Pembiayaan infrastruktur di pariwisata akan dikembangkan pembiayaan nonbank termasuk reksa dana terbatas.
 
Keempat, dukungan terhadap penyelenggaraan Annual Meeting IMF-World Bank yang akan diselenggarakan di Bali pada Oktober 2018.
 
Kelima, promosi destinasi wisata secara terpadu antara pemerintah pusat, daerah dan pelaku usaha, yang akan dilakukan pilot project-nya pada gelaran Indonesia Investment Day 2018 yang berlangsung pada 31 Agustus 2018 di Marina Bay Sands Expo & Convention Centre, Singapura.
 
Keenam, meningkatkan konektivitas yang sudah dilakukan untuk destinasi prioritas. "Bagaimana tingkat akses ke Banyuwangi, juga akses dari Bali. Juga akan ada kereta api baru dari New Yogyakarta International Airport ke kota Yogyakarta, juga terkait akses jalan dan lain-lain," ungkap dia.
 
Ketujuh, peningkatan aktraksi di sejumlah destinasi wisata yang akan melibatkan sejumlah kementerian dan lembaga terkait.
 
Dan kedelapan, peningkatan amenitas di tempat wisata seperti penyediaan air bersih dan pelaksanaan pendidikan vokasi bagi masyarakat sekitar guna mendukung aktivitas pariwisata.
 
‎"Delapan ini akan dikawal secara bisa konkret tingkatkan devisa wisata, menyerap tenaga kerja dan mengurangi kemiskinan," tandas dia.
 
 
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
 

Tonton Video Menarik Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Belajar dari Thailand, RI Ingin Pariwisata Jadi Penghasil Devisa Utama

Pariwisata dinilai menjadi salah satu sektor yang mampu berkontribusi besar terhadap penerimaan devisa dan mengendalikan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

Hal tersebut berhasil dibuktikan oleh Thailand dan berupaya dikejar oleh Indonesia. Ketua Tim Pokja Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Kementerian Pariwisata, Hiramsyah Thaib mengatakan, selama ini transaksi berjalan Thailand berada dalam kondisi yang sangat stabil, bahkan tidak pernah mengalami defisit.

Hal ini didorong oleh sektor pariwisata yang berhasil menarik kunjungan wisatawan mancanegara hingga 30 juta per tahun.

"Negara tetangga kita sangat stabil dan kuat, current account-nya tidak pernah defisit, karena sektor pariwisata, ini adalah Thailand," ujar dia di Yogyakarta, Selasa (28/8/2018).

Dia menuturkan, sektor pariwisata juga mampu membawa lebih banyak devisa dan aliran dana masuk ke negara tersebut dalam bentuk investasi. Devisa ini dinilai mampu tinggal lebih lama di dalam negerinya, ketimbang masuk melalui pasar modal.

"Belajar dari Thailand, kami ingin pariwisata menjadi penghasil devisa utama baik yang di bawa wisatawan dan juga ada foreign direct investment. Sehingga devisanya stabil tetap di dalam, enggak keluar lagi dibanding masuk lewat pasar modal," ungkap dia.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (BI), Aida Budiman menyatakan sebenarnya CAD Indonesia masih terhitung dalam posisi yang aman.

Namun demikian, dalam sektor pariwisata, Indonesia masih harus bekerja keras agar bisa mengatasi ketertinggalan dari Negeri Gajah Putih tersebut.

"Current account balance kita USD 17,53 miliar atau 1,7 persen dari PDB tahun lalu, Thailand USD 48,1 miliar atau 10 persen dari PDB. Itu gap yang mesti kita capture. Berapa tahun ini tentu perlu inisiatif dan upaya terus menerus. Yang kita lakukan sekarang memulai reformasi struktural dan kita lanjutkan," kata dia.

 

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.