Sukses

Defisit Perdagangan Juli 2018 Capai USD 2,03 Miliar, IHSG Tumbang 1,38 Persen

Indonesia alami defisit perdagangan Juli 2018 sebesar USD 2,03 miliar tertinggi sejak 2013 menekan IHSG.

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tertekan. Rilis neraca perdagangan Juli 2018 kembali defisit USD 2,03 miliar membebani laju IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, Rabu (15/8/2018), IHSG merosot 1,38 persen atau 79,50 poin ke posisi 5.690,37. Indeks saham LQ45 susut 1,77 persen ke posisi 887,09. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.

Sebanyak 237 saham melemah sehingga menekan IHSG. 121 saham diam di tempat. 98 saham menguat. Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 231.559 kali dengan volume perdagangan 4,7 miliar saham.

Nilai transaksi harian saham Rp 4,1 triliun. Investor asing jual saham Rp 122,09 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.621.

Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di posisi 5.819,64 dan terendah 5.689,93. Dari 10 sektor saham, hanya sektor saham pertanian yang naik 0,78 persen. Sektor saham keuangan merosot 1,79 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham industri dasar tergelincir 1,74 persen dan sektor saham tambang turun 1,49 persen.

Di tengah tekanan IHSG, ada sejumlah saham yang mampu menguat. Saham RELI naik 17,78 persen ke posisi 318 per aham, saham MTSM mendaki 13,85 persen ke posisi 148 per saham, dan saham ASJT melonjak 8,62 persen ke posisi 378 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham SSTM turun 24,36 persen ke posisi 416 per saham, saham YPAS merosot 17,98 persen ke posisi 730 per saham, dan saham ACES tergelincir 9,12 persen ke posisi 1.245 per saham.

Bursa Asia pun kompak melemah. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 1,58 persen, indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,88 persen, indeks saham Thailand susut 0,59 persen, indeks saham Shanghai melemah 1,53 persen.

Selain itu, indeks saham Singapura turun 0,31 persen dan indeks saham Taiwan tergelincir 0,68 persen.

Defisit Perdagangan Bebani IHSG

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan defisit perdagangan Juli 2018 mencapai USD 2,03 miliar. Laporan Ashmore menyebutkan defisit perdagangan itu tertinggi sejak 2013.

Meski data perdagangan ekspor menguat 19,33 persen tapi Indonesia masih alami defisit. Indonesia alami impor naik signifikan sebesar 31,56 persen. Pertumbuhan impor didorong dari kenaikan konsumsi. "Kami melihat impor barang konsumsi tumbuh 60,7 persen year on year sedangkan barang modal hanya tumbuh 24,8 persen,” tulis laporan Ashmore.

Ashmore menyebutkan, defisit perdagangan tersebut mengejutkan pasar dan berdampak negatif. Pelaku pasar perkirakan defisit hanya USD 625 juta. Sementara itu, rupiah bergerak di kisaran 14.625 per dolar Amerka Serikat dan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun 8,02 persen. IHSG turun didorong sektor saham keuangan dan barang konsumsi.

"Saya pikir dampak data neraca perdagangan yang defisitnya cukup besar sangat berpengaruh. Angka ini kelihatan menyebabkan defisit transaksi berjalan bisa tambah lebar," ujar VP Sales and Marketing PT Ashmorea Asset Management Indonesia, Angganata Sebastian saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, pertumbuhan ekonomi seharusnya baik karena pertumbuhan impor banyak disebabkan pertumbuhan barang konsumsi.

 

 

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Neraca Perdagangan Juli 2018 Defisit USD 2,03 Miliar

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia sepanjang Juli 2018 mengalami defisit sebesar USD 2,03 miliar.

Sebelumnya neraca perdagangan mengalami surplus sebesar USD 1,74 miliar pada Juni 2018.

"Neraca perdagangan kita pada Juli 2018 mengalami defisit USD 2,03 miliar. Jadi tahun ini, Januari defisit, Februari defisit, Maret surplus, April defisit, Mei defisit, Juni surplus dan Juli kembali defisit," kata Kepala BPS, Suhariyanto di Kantornya, Rabu (15/8).

Sementara itu, BPS mencatat posisi ekspor Indonesia pada Juli 2018 sebesar USD 16,24 miliar atau naik 25,19 persen dibanding Juni 2018. Ekspor ini disumbang oleh sektor migas sebesar USD 1,43 miliar dan non migas USD 14,81 miliar. 

"Nilai ekspor per sektor disumbang oleh migas menyumbang ekspor USD 1,43 miliar, pertanian USD 0,3 miliar, industri pertanian USD 11,79 miliar dan pertambangan serta sektor lainnya menyumbang USD 2,72 miliar," ujar dia.

Dari sisi impor tercatat sebesar USD 18,27 miliar atau naik 62,17 persen dibandingkan dengan Juni 2018. Migas menyumbang USD 2,61 miliar dan non migas menyumbang impor UDD 15,66 persen. 

Nilai impor tertinggi per sektor disumbang oleh konsumsi sebesar USD 1,72 miliar naik 70,50 persen. Bahan baku sebesar USD 13,67 miliar atau naik 59,28 persen serta barang modal diimpor sebesar USD 2,88 miliar atau naik 71, 95 persen. 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.