Sukses

Orang Kaya di Beberapa Negara Ingin Bisa Hidup hingga 100 Tahun

Orang-orang kaya di dunia ini percaya mereka akan hidup untuk 100 tahun lamanya. Negara mana saja?

Liputan6.com, Jakarta - Tampaknya memiliki kekayaan besar membuat banyak orang kaya dunia ingin menikmatinya lebih lama. Seperti terlihat pada Survey UBS yang menyebutkan jika lebih dari setengah orang  terkaya dunia menginginkan hidup lebih dari 100 tahun.

Manajemen Kekayaan UBS, melakukan polling kepada 5.000 responden yang memiliki kekayaan bersih dalam bentuk aset setidaknya USD 1 juta atau setara Rp 13 miliar (asumsi kurs Rp 13.8621 per USD). Polling berlangsung di 10 negara termasuk Jerman, Inggris, Amerika Serikat dan Taiwan.

Hasilnya, menemukan jika 53 persen meyakini jika mereka akan menjadi centenarian atau orang yang hidup hingga 100 tahun. Angka ini jauh lebih tinggi daripada harapan hidup masyarakat di sebagian besar negara maju yang mencapai 80 tahun.

“Bagi orang kaya di dunia, menjalani kehidupan 100 tahun bukanlah hasil yang mereka anggap sebagai kemungkinan belaka. Itu yang mereka harapkan,” sebut laporan UBS yang berjudul The Century Club tersebut, seperti mengutip laman Guardian, Senin (23/4/2018). 

Dari hasil survei, ditemukan bahwa prospek umur panjang seseorang bervariasi menurut negara dan juga jumlah kekayaan.

Tiga per empat dari elite kaya di Jerman berusaha untuk mencapai hidup hingga 100 tahun. Sementara kurang dari sepertiga orang kaya di AS yang merasa mereka bisa hidup sedemikian lamanya.

Sedangkan di Switzerland, Meksiko, dan Italia, sebanyak dua per tiga saja yang percaya mereka akan hidup hingga 100 tahun. Hal ini berbeda jauh dari Inggris yang mencapai 32 persen yang percaya bahwa mereka bisa hidup hingga 100 tahun lamanya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Khawatir

Namun begitu, orang orang kaya ini tetap memiliki sesuatu yang dikhawatirkan terutama jika berkaitan dengan biaya kesehatan serta bagaimana kekayaanya bisa diteruskan pada keturunan mereka masing-masing. 

Mereka khawatir tidak memiliki uang yang cukup untuk membayar biaya kesehatan saat mereka menua. Dari survey UBS saja diketahui sebesar 52 persen khawatir dengan kenaikan biaya pengobatan.

Kemudian 25 persen khawatir mereka tidak memiliki cukup banyak dana untuk anak-anak mereka nanti serta 33 persen takut masih harus bekerja di hari tua demi tuntutan gaya hidup.

Di sisi lain, 8 dari 10 orang percaya bahwa bekerja merupakan hal penting bagi keberlangsungan hidup. Kepercayaan ini cukup tinggi di Asia yakni 93 persen di Hong Kong dan 87 persen di Switzerland.

Namun, kecil untuk di AS dan Inggris dimana kepercayaan tersebut hanya mencapai 52 persen dan 59 persen saja bagi kedua negara masing-masing.

Sementara itu, 9 dari 10 percaya bahwa kesehatan lebih penting dari pada meningkatkan kekayaan dan angka yang sama juga memercayai bahwa kekayaan mengizinkan mereka untuk hidup menjadi lebih sehat.

UBS menyimpulkan, hampir dua dari tiga orang kaya tersebut berencana akan memberikan kekayaan pada ahli waris dengan turut serta menikmati kekayaanya tersebut, terutama di Switzerland.

Namun, hal ini cenderung kecil terjadi jika berbicara di negara seperti Meksiko dan AS, di mana mereka fokus pada bagaimana cara mengembangkan aset kekayaannya di kemudian hari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.