Sukses

Ada Erupsi Gunung Agung, Kunjungan Turis Turun pada November 2017

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada November 2017 mencapai 1,06 juta.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada November 2017 mencapai 1,06 juta. Angka ini naik 5,86 persen dibandingkan periode yang sama pada 2016 yang sebesar 1 juta kunjungan.

Akan tetapi, dibandingkan dengan Oktober 2017, jumlah wisman pada November 2017 turun 8,42 persen. Pada Oktober jumlah wisman mencapai 1,15 juta.

"Jadi t‎erjadi penurunan jumlah wisman dari 1,15 juta jadi 1,06 juta. Tapi di Desember diharapkan akan meningkat lagi," ujar ‎Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (2/1/2018).

Dia menuturkan, penurunan jumlah kunjungan wisman pada November salah satunya disebabkan oleh penurunan jumlah kedatangan wisman di Bandara Ngurah Rai, Bali. Terlebih lagi, bandara tersebut merupakan pintu masuk utama wisman dari negara lain. Hal itu mengingat ada dampak dari erupsi Gunung Agung.

"Jadi penurunan month to month lumayan tajam karena dampak dari Gunung Agung. Jadi, penurunan ini karena penurunan di Ngurah Rai. Ke depan kita perlu promosikan pariwisata Indonesia supaya lebih banyak wisman yang berkunjung ke Tanah Air," kata dia.

Meski demikian, sepanjang Januari-November 2017, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai 12,68 juta kunjungan.

Angka tersebut naik 12,84 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 10,41 juta kunjungan.

"Jumlah wisman hingga November sebesar 12,68 juta kunjungan. T‎arget tahun ini 15 juta kunjungan. ‎Jadi, itu baru Januari-November, kita tunggu data sampai Desember 2017," ‎kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BPS: Masyarakat RI Sekarang Lebih Senang Jalan-Jalan

Sebelumnya, konsumsi masyarakat Indonesia saat ini mulai berubah dari belanja barang, lebih kepada jalan-jalan (leisure) ke suatu daerah maupun ke luar negeri. Fenomena ini ditunjukkan dengan data-data indikator pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal III-2017.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2017 tumbuh sebesar 4,93 persen atau melambat dibanding realisasi 4,95 persen di kuartal II-2017 dan 5,01 persen di kuartal III-2016.

‎Konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 55,68 persen terhadap pertumbuhan ekonomi di kuartal III ini yang sebesar 5,06 persen‎. Jadi, konsumsi rumah tangga masih menjadi salah satu penyokong utama pertumbuhan ekonomi nasional.

"Memang pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat dibanding kuartal II ini dan kuartal III-2016. Tapi konsumsi rumah tangga masih kuat tumbuh 4,93 persen," kata Kecuk saat Konferensi Pers PDB Kuartal III-2017 di kantornya, Jakarta, Senin 6 November 2017.

‎Kecuk menerangkan, seluruh komponen konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh positif, meskipun ada beberapa yang melambat. Pertama, indikator makanan dan minuman, selain restoran di kuartal III-2017 tumbuh melambat sebesar 5,04 persen dibanding kuartal yang sama tahun lalu 5,23 persen.

Kedua, pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya tumbuh 2 persen atau ‎melambat 2,24 persen di kuartal III-2016. Ketiga, perumahan dan perlengkapan rumah tangga melemah dari 4,17 persen di kuartal III-2016 menjadi 4,14 persen di kuartal III-2017.

Indikator keempat, kesehatan dan pendidikan justru naik tipis dari 5,36 persen di kuartal III tahun lalu menjadi 5,38 persen ‎di kuartal III ini. Kelima, transportasi dan komunikasi tumbuh melambat menjadi 5,86 persen dibanding 6,08 persen di kuartal III-2016.

Keenam, restoran dan hotel yang tumbuh signifikan dari 5,01 persen di kuartal III-2016 ‎menjadi 5,52 persen di kuartal III-2017. "‎Ini menunjukkan ada kecenderungan masyarakat bergeser dari nonleisure ke leisure. Karena komponen restoran dan hotel tumbuh tinggi," ujar Kecuk.

Dia menuturkan, indikator restoran dan hotel, rekreasi kecenderungannya semakin meningkat meskipun kontribusi terhadap konsumsi rumah tangga belum terlihat signifikan sekitar 14 persen-15 persen.

"Pola perubahan konsumsi ini perlu diwaspadai, seperti maraknya media sosial online yang menawarkan tarif wisata murah dan berpengaruh ke gaya hidup masyarakat," ujar Kecuk.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.