Sukses

BI Pastikan Sistem Perbankan Aman dari Ransomware WannaCry

BI sejak kemarin telah melakukan investigasi terkait virus Ransomware WannaCry yang menyerang berbagai negara di dunia tersebut.

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) memastikan sistem jaringan perbankan yang terkoneksi dengan bank sentral aman dari serangan virus atau malware Ransomware WannaCry yang kini sedang melanda beberapa negara.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menjelaskan BI sejak kemarin telah melakukan investigasi terkait virus yang menyerang berbagai negara di dunia tersebut.

"Sampai kemarin, RTGS atau bank-bank peserta RTGS dan kliring itu yang melapor bahwa sistemnya terkena serangan malware belum ada. Kita sudah cek, dan tidak ada," kata Tirta di Gedung Bank Indonesia, Senin (15/5/2017).

Bank Indonesia pun telah melakukan berbagai upaya sebagai langkah antisipasi mengenai penyebaran virus tersebut. Salah satunya dengan melakukan update anti virus terbaru.

Update anti virus ini dilakukan sebelum Bank Indonesia menghidupkan sistem jaringan LAN atau internet yang ada. Hal ini juga berlaku untuk kantor wilayah Bank Indonesia di seluruh Indonesia.

"Kita juga sudah minta ke bank-bank rekanan kita untuk melakukan halk yang sama," tegas Tirta.

Meski begitu, Bank Indonesia menghimbau kepada seluruh perbankan untuk tetap waspada terhadap kemungkinan-kemungkinan yang timbul dalam ke depannya.‎

Teror Ransomware WannaCry kini telah menyebar di 150 negara di dunia, termasuk Indonesia. Setidaknya, 200 ribu pengguna komputer sudah menjadi korban. Angka ini dilaporkan terus meningkat hingga Minggu kemarin.

Mengutip laporan CNBC, ahli keamanan menilai bahwa penyebaran Ransomware WannaCry yang berupaya mengunci komputer di berbagai organisasi, seperti pabrik mobil, rumah sakit, pertokoan, dan sekolah di banyak negara kini mulai melambat.

Direktur Europol Rob Wainwright mengatakan, serangan siber ini tergolong unik. Sebab Ransomware WannaCry digunakan bersamaan dengan fungsi worm, sehingga infeksi menyebar secara otomatis.

"Jangkauan global serangan siber yang masif ini belum pernah terjadi sebelumnya. Jumlah terakhir ada lebih dari 200 ribu korban di 150 negara. Banyak di antara korban adalah instansi bisnis dan perusahaan besar," kata Wainwright.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.