Sukses

Trump Jadi Presiden, Kerja Sama Perdagangan TPP RI-AS Kandas?

Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi meminta pemerintah Indonesia melupakan rencana kerja sama perdagangan bebas dengan AS.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Tim Ahli Wakil Presiden (Wapres), Sofjan Wanandi, meminta pemerintah Indonesia melupakan rencana kerja sama perdagangan bebas dengan Amerika Serikat (AS) atau Trans Pasific Partnership (TPP). Alasannya, karena Presiden AS terpilih Donald Trump berjanji akan menjalankan kebijakan perdagangan proteksi.

"Dia (Trump) akan lebih proteksi terhadap AS karena mau mendorong ekonominya. Jadi saya tidak akan percaya TPP akan ada, makanya lupakan saja," katanya di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (11/11/2016).

Sofjan memperkirakan kerja sama perdagangan TPP tidak akan terjadi dalam satu sampai dua tahun ini. AS, baik pemerintah maupun anggota dewannya, tidak akan membuka peluang kerja sama tersebut.

"Jadi TPP berhentikan dulu, mending tidur saja karena pasti tidak akan keluar sama sekali. Paling yang sudah ada akan diubah sebab AS tidak akan mau, apalagi sekarang senat dipegang partai Republik," kata Sofjan.

Ia menjelaskan, dengan kebijakan proteksi ini, AS akan menghadapi mitra dagang utama yang besar. AS diperkirakan akan melakukan renegosiasi perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara (North American Free Trade Agreement/NAFTA) dengan Meksiko dan Kanada.

"Lalu setelah itu, dia akan melakukannya dengan mitra dagang besar lainnya, seperti China, Jepang, Korea, dan lainnya," ucapnya.

Sementara itu, kata Sofjan, negosiasi perjanjian kemitraan ekonomi Indonesia dan Uni Eropa atau dikenal dengan Indonesia-Uni Eropa Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) tetap akan berjalan.

"Kita lagi pikirin CEPA dengan Eropa dan Australia. Tidak usah mikirin luar negeri, yang penting sekarang bagaimana memperkuat industri dalam negeri kita. Jangan sampai negara lain tidak bisa ekspor ke AS, lalu dilempar ke sini, mati nanti industri dalam negeri," saran Sofjan. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.