Sukses

Pemerintah AS Naikkan Prospek Produksi, Harga Minyak Tertekan

Harga minyak mentah AS untuk pengiriman Agustus turun 25 sen atau 0,6 persen ke angka US$ 42,77 per barel di New York Mercantile Exchange.

Liputan6.com, New York - Harga minyak jatuh pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Terdapat dua sentimen yang mendorong penurunan harga minyak.

Sentimen pertama adalah estimasi dari Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menyatakan bahwa prospek produksi minyak dalam negeri akan terus tumbuh.

Sentimen kedua adalah tak yakinnya para pelaku pasar bahwa pertemuan organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) bakal mempertimbangkan untuk menahan produksi.

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (10/8/2016), harga minyak mentah AS untuk pengiriman Agustus turun 25 sen atau 0,6 persen ke angka US$ 42,77 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sedangkan harga minyak Brent yang merupakan patokan harga dunia juga turun 41 sen atau 0,9 persen ke angka US$ 44,98 per barel di ICE Futures Europe.

Sepanjang dua tahun ini atau sejak pertengahan 2014, harga minyak terus tertekan karena produksi yang tinggi di AS maupun beberapa negara lain. Produksi yang tinggi tersebut membuat pasokan minyak di dunia menjadi berlebih dan tak mampu diserap dengan baik mengingat di beberapa wilayah sedang dalam masa resesi.

Di awal tahun ini, beberapa produsen minyak mencoba untuk mengendalikan produksi. Beberapa sumur pengeboran ditutup sehingga mendorong penguatan harga minyak sedikit demi sedikit.

Namun Energy Information Administration memperkirakan bahwa produksi minyak di AS rata-rata bakal berada di angka 8,73 juta barel per hari dan 8,31 juta barel pada tahun depan. Angka tersebut naik dari perkiraan sebelumnya yang berada di angka 8,6 juta barel per hari pada tahun ini dan 8,2 juta barel per hari pada tahun depan.

Data dari Energy Information Administration tersebut meredupkan keyakinan pasar bahwa terjadi pengendalian produksi sehingga menekan harga minyak.

Hal lain yang juga menekan harga minyak pada perdagangan Selasa adalah para analis dan pelaku pasar tak yakin bahwa pertemuan OPEC pada bulan depan akan menghasilkan respons yang terpadu untuk mengendalikan harga minyak yang saat ini cukup rendah.

Presiden OPEC pada Senin lalu menyatakan bahwa OPEC akan mengadakan pertemuan pada September mendatang di Aljazair.

Pada April lalu beberapa negara yang merupakan bagian dari OPEC membicarakan untuk menahan laju produksi namun pembicaraan tersebut tidak menghasilkan kesimpulan yang nyata.

"Pertemuan OPEC tidak bisa membuktikan apa-apa sehingga banyak pelaku pasar yang pesimistis menanggapi pertemuan pada September nanti," tulis Commerzbank dalam catatannya kepada nasabah. (Gdn/Ndw)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini