Sukses

The Fed Tahan Suku Bunga, Rupiah Stabil di 13.871 per Dolar AS

Pemerintah akan mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) untuk mempercepat pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah tak banyak bergerak pada perdagangan Kamis (28/1/2016) pekan ini. Pelaku pasar masih terus memantau pergerakan harga minyak dunia.

Mengutip Bloomberg, Kamis (28/1/2016), rupiah berada di level 13.871 per dolar AS pada pukul 12.15 WIB. Level tersebut menguat jika dibandingkan dengan pembukaan yang ada di level 13.890 per dolar AS maupun jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di level 13.876 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.869 per dolar AS hingga 13.915 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 0,62 persen.

Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah dipatok di angka 13.889 per dolar AS. Nilai ini melemah jika dibandingkan dengan hari sebelumnya yang ada di angka 13.871 per dolar AS.

Head Market Treasury PT Bank ANZ Indonesia, Wiling Bolung menjelaskan, rupiah mampu terus bertahan di level 13.800 per dolar AS hingga 13.900 per dolar AS karena memang pelaku pasar cukup yakin bahwa perekonomian Indonesia bergerak membaik.

Selain itu, Bank Indonesia juga terus mendorongnya dengan memberikan sinyal akan terus menurunkan suku bunga acuan. "Karena inflasi terkendali, BI ingin mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan suku bunga," jelasnya.

Selain itu, langkah pemerintah untuk terus mengeluarkan stimulus dengan berbagai paket kebijakan juga dilihat sebagai hal yang positif oleh pelaku pasar.

Pemerintah meluncurkan paket kebijakan ekonomi jilid IX pada Kamis (28/1/2016) di Istana Kepresidenan, Jakarta. Paket kebijakan jilid IX ini bertumpu pada percepatan pembangunan infrastruktur tenaga listrik, stabilisasi harga daging, dan peningkatan sektor logistik desa-Kota.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan pemerintah akan mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) untuk mempercepat pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan.

Selain demi memenuhi kebutuhan listrik untuk rakyat, pembangunan infrastruktur ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan rasio elektrivikasi.

Ekonom PT Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menambahkan, penguatan rupiah juga terjadi karena pelemahan dolar AS. Rupiah memang menguat bersamaan dengan beberapa mata uang Asia lainnya.

"Rencana dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) untuk belum akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat ini membuat dolar AS tertekan," jelasnya. Rangga melanjutkan, saat ini pelaku pasar sedang memperhatikan gerak harga emas yang akan mempengaruhi nilai tukar dolar AS. (Gdn/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini