Sukses

Turis Kaya Plesiran ke Singapura, RI Cuma Kebagian Backpacker

Kurang memadainya infrastruktur yang menghubungkan destinasi wisata menarik di Indonesia membuat turis asing enggan berkunjung ke Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Penurunan pertumbuhan ekonomi global yang dipicu oleh krisis di Yunani dan beberapa negara lain yang juga mengalami perlambatan ekonomi ternyata tidak menyurutkan minat berlibur masyarakat dunia. Hanya saja, Indonesia kesulitan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) karena alasan infrastruktur.

"Kurs dari Rp 12.000 per dolar AS ke Rp 14.000 per dolar AS tidak berpengaruh. Buktinya pesawat, bandara masih tetap ramai. Jadi bisnis travel masih tetap oke karena kalau lagi pusing begini, mari jalan-jalan," ucap CEO TX Travel, sebuah agen perjalanan, Anton Thedy di Jakarta, Rabu (26/8/2015) malam.

Namun dia prihatin terhadap catatan jumlah kunjungan turis ke Indonesia. Dari kacamata dan pengalamannya, Anton mengaku, Indonesia hanya dikunjungi para turis backpacker dengan daya beli terbatas.

"Sedangkan yang turis kaya atau kelas menengah ke atas, sudah habis di filter atau lari ke Singapura dan Malaysia. Sisanya backpacker pergi ke Indonesia. Jadi pantas saja angka (turis) tidak bisa naik, karena biarpun murah sangat sulit mengembangkan pariwisata di sini," terangnya.

Kondisi ini, sambung Anton, diperparah dengan kurang memadainya infrastruktur yang menghubungkan destinasi wisata menarik di Indonesia. Akses jalan, moda transportasi dan lainnya kurang mendukung pariwisata.

"Kesulitan infrastruktur membuat tujuan wisata kita hanya Bali yang tersohor di kalangan turis. Padahal kita punya daerah wisata lain yang tidak kalah indahnya dengan Bali. Jangan hanya bangga kalau pergi jalan-jalan ke Singapura," harap Anton.

Kunjungan Turis Asing 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada Juni 2015 mencapai 815.100, turun 4,27 persen dibanding Juni 2014. Namun jika dibandingkan Mei 2015, kunjungan wisman bertambah 2,73 persen menjadi 793.500.

"Karena setiap masuk Ramadan, kunjungan wisman agak sedikit berkurang. Ramadan dimulai Juni, turun cukup drastis di Singapura dan Malaysia. Banyak Muslim jadi mengurangi perjalanan," jelas Kepala BPS Suryamin. 

Adapun selama semester I (Januari–Juni) 2015, jumlah kunjungan wisman mencapai 4,66 juta kunjungan atau naik 2,34 persen dibanding kunjungan wisman pada periode yang sama tahun sebelumnya yang berjumlah 4,55 juta kunjungan.

Suryamin menuturkan, jumlah kunjungan wisman melalui Bandara Ngurah Rai, Bali pada Juni 2015 naik 8,51 persen dibandingkan Juni 2014, yaitu dari 329.700 kunjungan menjadi 357.700 kunjungan. Begitu pula, jika dibanding Mei 2015, jumlah kunjungan wisman melalui Bandara Ngurah Rai, Bali naik sebesar 24,58 persen.

Penurunan terjadi di Bandara Kualanamu sebesar 20,11 persen. Penurunan juga terjadi di Hang Nadim Batam, Djuanda Surabaya, Soekarno Hatta Jakarta, dan Husein Sastranegara di Bandung.

Adapun 5 besar kunjungan wisman antara lain dari Singapura, Malaysia, Australia, Korea Selatan, India dan Inggris. "Jumlah kunjungan wisman menurut pintu masuk mengalami penurunan semua. Di Bandara Soetta karena ada perombakan, Djuanda masih terkait kasus kecelakaan, Husein Sastranegara karena puasa, jadi menghentikan belanja sementara," jelas dia.  (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini