Sukses

Harga Minyak Turun Terimbas Susutnya Ekspor Arab Saudi

Harga minyak harus menyerah usai ekspor minyak mentah Arab Saudi berkurang pada Mei, ke posisi paling rendah sejak Desember.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia susut seiring jatuhnya ekspor minyak Arab Saudi, ke posisi level terendah dalam lima bulan. Juga karena penurunan kegiatan pengeboran minyak di Amerika Serikat (AS) di awal bulan ini.

Melansir laman Reuters, Senin (20/7/2015), minyak mentah berjangka membukukan pelemahan mingguan untuk pekan ketiga secara berturut-turut karena ekspektasi peningkatan ekspor dari Iran, usai adanya kesepakatan untuk meringankan sanksi terhadap produsen minyak tersebut.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman bulan September turun 12 sen menjadi US$ 56,98 per barel. Benchmark harga minyak telah jatuh hampir 3 persen pekan lalu, dan lebih dari 10 persen pada bulan ini.

Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI), turun 17 sen menjadi US$ 50,72 usai jatuh lebih dari 3 persen pekan lalu, dan lebih dari 14 persen pada bulan Juli.

Harga minyak harus menyerah usai ekspor minyak mentah Arab Saudi berkurang pada Mei, ke posisi paling rendah sejak Desember. Data resmi menunjukan pengriman harian mencapai 6.935.000 barel per hari (bph) dibandingkan dengan 7.737.000 barel per hari pada April.

Meskipun terjadi penurunan ekspor, Arab Saudi masih menjadi pemegang rekor produksi yang mencapai 10 juta barel per hari. Ini menjadikan negara tersebut sebagai pemilik penyulingan minyak terbesar di dunia.

Sementara itu di Amerika Serikat, 7 pengeboran rig dihentikan pada pekan lalu, menurut laporan Baker Hughes Inc. Analis di Goldman Sachs menilai harga minyak WTI seharusnya kembali ke kisaran US$ 60 per barel seperti bulan lalu.

"Produsen AS akan meningkatkan aktivitasnya dengan penurunan biaya hingga hampir 30 persen, dan produsen semakin nyaman (dengan ekonomi saat ini)," menurut Goldman Sachs.

Pengeboran minyak di AS diperkirakan meningkat lebih dari 100 ribu barel per hari pada 2016. "Jika kita amati mungkin ada kenaikan dari saat ini," menurut penjelasan Goldman Sachs.

Di sisi lain, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengaku akan menggelar pertemuan dengan Sekjen OPEC Abdullah al-Badri di Moskow pada 30 Juli untuk membahas pasar minyak dan situasi Iran.

Harga minyak Brent juga dipengaruhi kenaikan produksi di ladang minyak Inggirs, di North Sea Buzzard setelah terjadi pemadaman pada hari Rabu.(Luk/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.