Sukses

Bisnis Malaysian Airlines, dari Terbaik hingga Jadi Maskapai Maut

Untuk tetap bertahan, Malaysian Airlines pemberian komisi 3 persen pada agen perjalanan di berbagai negara.

Liputan6.com, Washington - Keterpurukan Malaysian Airlines (MAS) makin dalam. Berbagai musibah terus mendera maskapai penerbangan yang berdiri pada 1937 ini.

Beberapa tahun terakhir, maskapai tersebut sedang sedang mengalami kesulitan keuangan. Pada Maret tahun ini, maskapai tersebut kehilangan salah satu pesawatnya yaitu MH370, beserta seluruh penumpangnya.

Kini, maskapai tersebut  kembali didera bencana. Pesawat Malaysian Airlines bernomor penerbangan MH17 yang mengangkut 295 penumpang, jatuh terbakar setelah dihantam rudal di zona perang Ukraina-Rusia pada Kamis 17 Juli 2014.

Mengutip laman USA Today, Jumat (18/7/2013) dua tragedi maut yang menyebabkan 239 hilang dan 295 orang dinyatakan tewas tersebut dipastikan membuat bisnis Malaysian Airlines semakin goyah dan terguncang.

Ironisnya, baru tahun lalu, Malaysian Airlines menerima penghargaan World Travel Awards sebagai maskapai terbaik di Asia.

Sejak beroperasi pada 1937, Malaysian Airlines juga tercatat telah memenangkan banyak penghargaan dari Skytrax dan World Travel Awards karena kualitas kru pesawat, makanan dan pelayanannya.

Bahkan Malaysian Airlines pernah menarik 13 juta penumpang pada 2011 dan menghasilkan pendapatan hingga sekitar US$ 4,5 miliar pada 2011. Malaysian Airlines juga sempat membuka rute penerbangan baru dari Kuala Lumpur ke London pada 2012.

Kini berbagai penghargaan yang pernah diperoleh hanya tinggal kenangan. Berbagai penghargaan yang menjadi kebanggaan maskapai asal Negeri Jiran tersebut telah luntur.

Sejumlah analis mengatakan, dua bencana maut tersebut akan membuat operasional Malaysian Airlines sulit semakin berat.

"Ini akan sangat sulit," ungkap analis R.W. Mann & Co Robert Mann yang menilai MAS telah mengalami gangguan bahkan sebelum Maret saat pesawat MH370 dinyatakan hilang.

Meskipun mencatatkan pertumbuhan kinerja, namun maskapai tersebut terlanjur mengalami kerugian besar selama bertahun-tahun karena tingginya harga bahan bakar dan tarif bandara.

Persaingan ketat antara sesama maskapai penerbangan murah dan pelemahan ringgit juga menjadi pemicu lemahnya bisnis maskapai tersebut.

Dua insinden yang merenggut lebih dari 500 nyawa penumpang itu cukup untuk membuat masyarakat kabur dari maskapai tersebut.

Agen perjalanan Australia mengaku hampir seluruh penumpang membatalkan pemesanan perjalanan menggunakan Malaysian Airlines setelah kabar kecelakaan tersebut tersebar di berbagai media.

Direktur Spencer Travel, Penny Spencer, mengatakan, Malaysian Airlines memang menawarkan harga tiket yang menggiurkan ke Eropa untuk kelas bisnis dan eksklusif. Namun kecelakaan tersebut diprediksi akan membuat bisnis Malaysian Airlines semakin tertekan.

"Saya rasa Malaysian Airlines kini berada dalam waktu yang sulit," ujarnya.

Hilangnya pesawat MH370 dan 239 penumpangnya tanpa alasan yang jelas memang membuat kepercayaan masyarakat surut dan bisnis Malaysian Airlines goyah.

Untuk tetap bertahan, maskapai tersebut melancarkan sejumlah jurus termasuk pemberian komisi 3 persen pada agen perjalanan di berbagai negara.

Hingga sebelum dua kecelakaan terjadi, Malaysia Airlines menerbangkan 88 armada di antaranya, Boeing 747-400, 777-200ER, 737-800 dan 737-400. Serta pesawat jenis Airbus A330-300, A330-200 dan A380-800.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.