Mengenal Tradisi Green Tumbilotohe di Gorontalo

Malam Tumbilotohe merupakan tradisi yang sudah mengakar di masyarakat Gorontalo. Seperti apa keunikannya?

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 11 Apr 2024, 12:00 WIB
Pelaksanaan Festival Green Tumbilotohe di Taman Taqwa Bone Bolango (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Provinsi Gorontalo dikenal memiliki banyak tradisi unik, apalagi tradisi yang berkaitan dengan bulan Ramadan

Sebut saja Malam Tumbilotohe atau Malam Pasang Lampu. Tradisi budaya yang sudah turun temurun sejak abad ke-15 ini menjadi kebiasaan masyarakat Gorontalo di malam terakhir bulan Ramadhan.

Konon katanya kebiasaan ini dilakukan oleh masyarakat untuk membantu menerangi jalan yang dulu belum memiliki listrik.

Di malam Tumbilotohe dahulu, banyak masyarakat yang antusias merayakannya dengan ragam cara. Ada yang membuat gerbang adat atau yang biasa disebut dengan alikusu dan menyalakan lampu botol yang telah diisi dengan minyak tanah.

Namun sayangnya, seiring dengan perkembangan zaman, tradisi budaya leluhur Gorontalo ini sudah mulai tergerus. Beberapa tahun terakhir banyak masyarakat yang sudah beralih menggunakan lampu listrik untuk merayakan malam Tumbilotohe.

Belum lagi banyak rumah masyarakat yang sudah jarang melaksanakan tradisi ini dan cenderung berkelompok dengan menata sebuah lahan kosong untuk merayakan bersama.

Selain itu, sulitnya mendapatkan minyak tanah sekarang menjadi faktor penyebab antusias masyarakat menurun untuk mempertahankan tradisi tersebut.

Simak juga video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Green Tumbilotohe

Lampu minyak yang dinyalakan saat perayaan tumbilotohe atau penyalaan berjuta lampu minyak di akhir Ramadan di Kota Gorontalo, Jumat (31/5/2019). Sebanyak 15 ribu buah lampu minyak dari Dinas Pariwisata Kota Gorontalo menghiasi muara Sungai Bone. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Berangkat dari hal tersebut. Pemerintah Provinsi Gorontalo melalui Dinas Pariwisata Provinsi dan Kabupaten/Kota melahirkan sebuah gagasan bertajuk Green Tumbilotohe.

Green Tumbilotohe tersebut merupakan upaya Pemerintah untuk mengembalikan tradisi dan budaya masyarakat Provinsi Gorontalo jelang akhir Ramadhan dengan tetap mengutamakan aspek nilai adat, agama, sosial, kearifan lokal yang tentu tidak mencemari lingkungan.

Di Green Tumbilotohe ini Pemerintah menggunakan lampu padamala dari minyak kelapa dan kapas guna mengurangi pencemaran lingkungan yang dilaksanakan di 6 Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo.

“Tumbilotohe ini perlu kita lestarikan. Ini bisa menjadi momentum masyarakat Gorontalo untuk berkumpul di setiap ramadhan. Tahun ini Pemerintah Provinsi Gorontalo mengusung Green Tumbilotohe yang ramah lingkungan dan religius sebagai upaya melestarikannya hingga anak cucu kita,”ujar Penjabat Gubernur Gorontalo, Ismail Pakaya.

Ismail pun mengungkapkan, tradisi Tumbilotohe ini banyak diingat masyarakat Gorontalo yang ada di rantau jelang akhir Ramadhan. Dirinya pun menambahkan tahun ini Green Tumbilotohe dilombakan dan dinilai langsung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.

Di tempat yang sama Deputi Industri dan Investasi Kemenparekraf RI, Rizay Handayani Mustafa menilai tradisi Tumbilotohe memiliki nilai religi dan kekeluargaan yang kental. Sehingganya ia berharap tradisi tersebut harus menjadi kebanggaan masyarakat Gorontalo.

“Festival ini harus menjadi awal baliknya kembali gairah masyarakat Gorontalo untuk melestarikan tradisi dan ini memiliki potensi besar untuk mendatangkan wisatawan,” kata Rizay Handayani.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya