Pohon Natal Berusia 103 Tahun Laku Terjual Rp66,5 Juta dalam Lelang di Inggris

Pohon Natal tersebut menggambarkan perayaan Natal yang sederhana dan tidak berlebihan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 22 Des 2023, 19:40 WIB
Ilustrasi Natal, pohon Natal. (Photo by JÉSHOOTS/Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah pohon Natal buatan berusia 103 tahun, salah satu pohon Natal pertama yang diproduksi secara massal, dilelang dengan harga US$ 4.296 atau sekitar Rp66,5 juta di Inggris.

Pihak penyelenggara lelang Hansons Auctioneers mengatakan pohon setinggi 2,5 kaki, digambarkan sebagai "pohon Natal paling sederhana di dunia".

Dilansir UPI, Jumat (22/12/2023), pohon itu dibawa ke rumah keluarga Dorothy Grant ketika ia berusia delapan tahun pada tahun 1920 hingga meninggal pada usia 101 tahun.

Pohon tersebut, yang memiliki 25 cabang, 12 buah beri dan enam tempat lilin mini, diyakini sebagai salah satu pohon Natal buatan pertama yang diproduksi secara massal dan kemungkinan besar dibeli oleh ibu Grant di Woolworth's di London.

"Sesederhana itu, Dorothy menyukai pohon itu," kata Charles Hanson, pemilik Hansons Auctioneers beritanya.

"Ini menjadi bagian penting dari perayaan keluarga selama beberapa dekade. Fakta bahwa hal itu memberinya kegembiraan adalah hal yang merendahkan hati. Ini mengingatkan kita bahwa pemborosan dan berlebihan tidak diperlukan untuk merayakan semangat Natal. Bagi Dorothy, memiliki pohon Natal sudah cukup," lanjut Hanson.

2 dari 4 halaman

Diwariskan ke Anaknya

Ilustrasi pohon Natal. (dok.arunkuchibhotla/ Unsplash.com)

Pohon itu kemudian diwariskan kepada putri Grant, Shirley Hall (84) yang tinggal dekat Loughborough, Inggris.

Namun, Hanson mengatakan bahwa pohon itu akhirnya dijual untuk menghormati kenangan akan Grant.

"Penjual memutuskan untuk melepaskannya untuk menghormati kenangan ibunya dan untuk memastikan bahwa benda itu tetap menjadi pengingat akan kehidupan tahun 1920-an seperti Perang Dunia Pertama dan pandemi flu Spanyol," tutur Hanson.

3 dari 4 halaman

Pohon Natal Asli vs Palsu, Mana yang Lebih Baik untuk Lingkungan?

Ilustrasi menghias, pohon Natal. (Photo created by senivpetro on www.freepik.com)

Sementara itu, berkaca pada banyaknya selebrasi yang melakukan pendekatan lebih ramah lingkungan, Natal 2023 seharusnya bukan pengecualian.

Salah satu pertanyaannya mengerucut pada: pohon apa yang harus Anda beli jika Anda mencoba mengekang emisi karbon pada Natal tahun ini?

Dikutip laman Lifestyle Liputan6.com, sering kali dikatakan bahwa pohon Natal palsu sebenarnya lebih ramah lingkungan karena karbon produksinya tersebar selama bertahun-tahun penggunaan. Hal ini mungkin benar, namun merupakan komitmen jangka panjang. 

4 dari 4 halaman

Pilih yang Ramah Lingkungan

Ilustrasi pohon Natal. (Photo by Ralph (Ravi) Kayden on Unsplash)

Carbon Trust mengatakan bahwa pohon pinus plastik harus digunakan selama 7 hingga 20 tahun agar memiliki jejak karbon lebih rendah daripada yang asli.

"Jika sudah mempunyai pohon palsu, teruslah menggunakannya. Buatlah pohon tersebut bertahan selama mungkin," kata pegiat kampanye pohon Friends of the Earth, Emi Murphy.

"Tapi, carilah pilihan yang lebih ramah lingkungan ketika akhirnya harus diganti."

Saat mencari pohon Natal palsu, Friends of the Earth menyarankan Anda mencoba membeli pohon bekas di toko amal atau situs penjualan online daripada membeli yang baru. Tapi, jika belum siap berkomitmen panjang, pohon Natal asli yang baru dipotong mungkin merupakan pilihan yang lebih baik untuk Anda.

Selengkapnya di sini...

Infografis Strategi Pengamanan Libur Natal dan Tahun Baru 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya