Harga Produk Ramah Lingkungan Tak Selalu Ramah di Kantong

Produk ramah lingkungan masih banyak yang dijual dengan harga premium.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 20 Feb 2022, 20:02 WIB
Produk plastik daur ulang yang masuk kategori sustainability. (dok. Kanva)

Liputan6.com, Jakarta - Isu keberlanjutan yang makin marak digaungkan turut mendongkrak kemunculan beragam produk ramah lingkungan. Tujuannya apa lagi kalau bukan untuk menghindari eksploitasi lingkungan dan menekan produksi sampah tak perlu. Misi itu ternyata mampu menarik konsumen dan pendapatan.

Melihat peluang ekonomi tersebut, Kanva pun mulai menyediakan kategori khusus sustainability di toko daringnya. Bagi gerai kebutuhan rumah tangga itu, perabot ramah lingkungan didefinisikan sebagai produk yang tidak berdampak atau berdampak sangat kecil terhadap limbah dan penggunaannya.

"Hal ini timbul karena keresahan keadaan lingkungan Indonesia yang kian memburuk akibat sampah plastik setiap tahunnya," kata Andi Kurniaty Manggabarani, pemilik dan Direktur Kreatif Kanva Home & Living, kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Di sisi lain, ia mengakui bahwa produk ramah lingkungan masih bermain di harga premium. Konsumen yang bisa membeli hanyalah orang-orang tertentu. Itu pun dengan catatan si konsumen memiliki kesadaran untuk membeli dan menggunakan produk ramah lingkungan.

"Itu merupakan suatu tantangan untuk kami ke depannya agar produk-produk sustainable bisa dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat," ujar Andi.

Dengan segmentasi pasar yang terbatas, pendekatan ke konsumen pun butuh strategi yang jelas. Kanva, kata dia, mencoba menyentuh sisi emosional konsumen lewat kisah di balik layar setiap brand. Hal itu diharapkan bisa menginspirasi konsumen agar tertarik menggunakan produk tersebut.

"Respons audiens terhadap kategori ini (berkelanjutan) cukup antusias. Minat pembeli yang meningkat terlihat ketika kami berhasil memberikan penjelasan, sebagai contoh tentang bagaimana limbah 100 persen plastik polipropilen (PP) dapat didaur ulang menjadi produk yang tidak hanya indah dipandang mata, tetapi (juga) memiliki banyak fungsi," tutur dia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 5 halaman

Brand Lokal

Produk tas dari daur ulang plastik yang masuk kategori sustainability. (dok. Kanva)

Andi menyebut gerainya bertindak sebagai fasilitator pendistribusian (brand enabler). Tugasnya adalah melayani platform laman dan pemasaran secara digital melalui media sosial bagi merek-merek lokal, serta proses transaksi dan pendistribusian. Sejauh ini baru tiga jenama yang bergabung, yakni Plastik Kembali, Krama Home, dan Kind by Kami.

Produk ramah lingkungan tersebut memanfaatkan bahan alternatif agar tidak mengeksploitasi sumber daya alam baru. Salah satunya dengan mengeluarkan produk berbahan dasar kayu. Ada pula produk daur ulang limbah plastik yang diubah menjadi produk multifungsi.

"Itu salah satu cara Kanva dalam mendukung circular economy," ujarnya.

3 dari 5 halaman

Ubah Kemasan

Salah satu produk yang masuk kategori sustainability. (dok. Kanva)

Andi mengatakan membeli atau menggunakan produk ramah llingkungan adalah salah satu upaya untuk menjaga alam. Keuntungannya tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga kesehatan alam secara utuh.

Dukungan untuk gaya hidup hijau juga dilakukan dengan mengubah jenis kemasan, dari bubble wrap menjadi honeycomb. "Kami yakin langkah kami walaupun masih terbilang kecil, kami harapkan bisa berdampak cukup besar kedepannya. Karena hal kecil yang dilakukan secara berkelanjutan dan penuh komitmen dan terus menerus akan memberikan dampak yang lebih besar ke depannya," ujar Andi.

Kanva juga bekerja sama dengan Lindungi Hutan untuk merawat mangrove. Sebagian hasil penjualan setiap bulan dialokasikan untuk penanamanan pohon Mangrove di Pesisir Untia, Makassar.

"Langkah ini diharapkan bisa memberikan dampak secara langsung terhadap keberlangsungan alam dan masyarakat di sekitar Pesisir Untia," imbuh dia.

4 dari 5 halaman

HPSN 2022

Ilustrasi sampah plastik di laut. (dok. unsplash @naja_bertolt_jensen)

Sementara itu, Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2022 mengangkat tema Kelola Sampah, Kurangi Emisi, dan Bangun Proklim. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyinergikan program pengelolaan sampah, pengendalian perubahan iklim  di program kampung iklim (Proklim), serta perhutanan sosial dalam peringatan HPSN tahun ini untuk mendukung pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali.

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (Dirjen PSLB3) KLHK, Rosa Vivien Ratnawati, mengatakan isu perubahan iklim menjadi salah satu bahasan utama dalam acara tersebut. Pengelolaan sampah akan menjadi salah satu pendukung pengendalian perubahan iklim yang akan dilakukan Indonesia.

"Kami ingin HPSN ini benar-benar kena pada masyarakat yang berada di tingkat tapak," ujar Rosa dalam konferensi pers virtual, Rabu, 16 Februari 2022.

Saat ini sudah dibangun sekitar 3.000-an Kampung Iklim. "Alangkah lebih bagus kalau misalnya seluruh Kampung Iklim bisa bergerak dan kemudian memberikan kontribusi besar dalam penurunan emisi gas rumah kaca," ujarnya.

5 dari 5 halaman

Serba-serbi Rumah Ramah Lingkungan

Infografis Serba-serbi Rumah Ramah Lingkungan. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya