Tenang, Bank Indonesia Bakal Jinakkan Inflasi di 2022

Tingkat inflasi di 2022 diprediksi akan meningkat imbas dari meningkatnya permintaan.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 27 Jan 2022, 13:20 WIB
Pedagang menata dagangannya di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (5/5/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada April 2020 sebesar 0,08% yang disebabkan permintaan barang dan jasa turun drastis akibat pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Tingkat inflasi di 2022 diprediksi akan meningkat imbas dari meningkatnya permintaan. Namun, Bank Indonesia memperkirakan meski ada peningkatan, hal itu masih diatas batas target.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan hal itu akan terjadi di 2022. Ia juga mengacu dari tingkat inflasi tahun 2021 yang tercatat rendah di kisaran 1,87 persen year on year.

“Dan tahun ini dengan meningkatnya permintaan domestik, inflasi kemungkinan juga akan meningkat, tapi kami memperkirakan masih dalam sasaran 3 persen plus-minus 1 persen,” katanya dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Kamis (27/1/2022).

“Karena secara keseluruhan penawaran agregat masih lebih tinggi dari permintaan agregat, ekspektasi inflasi terjaga,” tambanya.

Ia menyebut itu juga dipengaruhi ketersediaan pasokan dan kelancarangan bahan pangan dan sinergi kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga.

“BI berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah melalui tim pengendalian inflasi pusat dan daerah (TPIP dan TPID) guna menjjaga inflasi IHK dalam kisaran targetnya,” kata Perry Warjiyo.

Sementara itu, untuk nilai tukar, kata dia, secara fundamental faktornya relatif positif di 2022. Ini dipengaruhi dengan nilai inflasi yang masih rendah serta pertumbuhan ekonomi dan kondisi neraca pembayaran yang masih terjaga.

“Tahun ini Current Account Deficit (CAD) sekitar minus 1 sampai 1,9 persen, relatif bagus, arus modal asing baik dan cadangan devisa kita juga cukup baik,” katanya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

SBN

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di sisi Surat Berharga Negara (SBN), jika dibandingkan perbedaan yield SBN dengan negara lain, posisi Indonesia dipandang cukup menarik. Dengan begitu, tingkat fundamentalnya juga dinilai masih dalam keadaan baik.

“tentu saja dari waktu ke waktu karena ketidakpastian pasar keuangan global ada beberapa tekanan. Komitmen kami untuk menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan pasar,” katanya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya