Tingkatkan WGS, Salah Satu Upaya Pemerintah Hadapi Omicron di Indonesia

Beberapa upaya tengah dilakukan untuk mencegah penyebaran varian Omicron di Indonesia.

oleh Diviya Agatha diperbarui 17 Des 2021, 15:30 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memberikan keterangan pers usai Rapat Terbatas "Evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)" di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (22/11/2021). (Dok Sekretariat Kabinet RI)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin telah mengumumkan temuan kasus pertama varian Omicron di Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, beberapa upaya pun tengah diusahakan untuk menghindari penyebarannya.

Upaya pertama yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah dengan meningkatkan persentase Whole Genome Sequencing (WGS) pada pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19.

"Kita sudah tingkatkan persentase yang di-WGS dari seluruh kasus konfirmasi yang terjadi. Jadi seluruh kasus konfirmasi yang terjadi, standarnya biasa lima persen yang dilakukan WGS," ujar Budi dalam keterangan pers Perkembangan Pandemi COVID-19 ditulis Jumat, (17/12/2021).

"Sekarang rencananya kita mau lakukan 10 persen. Supaya kalau ada Omicron, kita bisa tahu lebih cepat," tambahnya. 

Selanjutnya, upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan penggunaan reagen PCR S Gene Target Failure (SGTF). PCR dengan cara tersebut dapat memberikan marker atau indikasi dini bahwa apabila hasilnya positif, maka kemungkinan besar adalah varian Omicron.

Tak hanya itu, penambahan stok vaksin di Indonesia juga terjadi pada bulan Desember 2021 ini. Mengingat vaksinasi menjadi salah satu pelindung masyarakat dari virus SARS-CoV-2.

"Biasanya, stok vaksinnya kita sekitar 50 juta dosis. Itu cukup untuk vaksinasi lima sampai enam minggu kedepan. Khusus untuk bulan Desember ini, karena kita juga mengantisipasi masalah penganggaran, stok vaksin kita sudah 110 juta dosis," ujar Budi.

"Jadi cukup untuk 11 sampai 12 minggu ke depan. Cukup untuk dua sampai tiga bulan ke depan. Kita juga banyak sekali menerima donasi dari negara-negara maju untuk vaksin Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca," tambahnya.  

2 dari 3 halaman

Meminimalisir keparahan

Dalam kesempatan yang sama, Budi juga mengharapkan bahwa masyarakat semakin cepat ingin melakukan vaksinasi dengan dosis lengkap dan tidak memilih jenis vaksinnya.

"Segera divaksin, tidak perlu memilih-milih vaksinnya apa, yang ada divaksin saja dulu karena sudah terbukti. Ketika kita sudah divaksin, kecil chance-nya kalau terkena varian Omicron kita masuk ke rumah sakit," ujar Budi.

"Sangat-sangat kecil chance-nya kita akan wafat kalau sudah divaksinasi. Jadi tolong segera percepat vaksinasi terutama para orangtua kita," tambahnya.

3 dari 3 halaman

Infografis

Infografis Anak Indonesia Usia 6-11 Tahun Siap Terima Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya