Nadiem: Pemerintah Tak Mau Lagi Korbankan Kesehatan Mental Anak

Secara perlahan, sistem sekolah tatap muka akan didorong berbarengan dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 05 Mei 2021, 14:36 WIB
Seorang siswi memperhatikan ponsel saat belajar secara daring di Jakarta, Rabu (4/11/2020). Federasi Serikat Guru Indonesia merekomendasikan sejumlah usulan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengubah sistem Pembelajaran Jarak Jauh. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim mengatakan, Pemerintah takkan lagi mengorbankan proses pembelajaran serta kesehatan mental anak-anak Indonesia. Maka itu, secara perlahan, sistem sekolah tatap muka akan didorong berbarengan dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

"Menurun di seluruh dunia saat pandemi ini melanda. Kita mengetahui ini karena ada berbagai macam laporan mengenai berbagai macam kendala yang dialami," kata Nadiem pada diskusi daring PDIP, Rabu (5/5/2021)

Nadiem menjelaskan berbagai alasan mengapa PJJ tidak maksimal. Di Indonesia, ada masalah konektivitas sinyal yang tidak reliable, siswa yang tidak punya gawai. Padahal, yang seperti ini adalah fundamental untuk pelaksanaan PJJ.

"Sehingga, pelaksanaan PJJ pun di berbagai daerah sangat sulit dilakukan," jelasnya.

Fakta kedua, lanjut Nadiem, adalah dampak psikososial kepada siswa. Sebab banyak sekali anak yang mengalami kebosanan di dalam rumah, kejenuhan, dengan begitu banyaknya video conference yang dilakukan.

"Siswa juga kesepian dan mengalami depresi karena tidak bertemu dengan teman-teman dan gurunya," ucapnya

Belum lagi ditambah berbagai permasalahan domestik, mulai dari stres yang disebabkan terlalu banyak berinteraksi di rumah dan kurang ke luar.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Tak Bisa Menunggu

Nadiem mengaku pihaknya juga menerima laporan siswa yang mengalami berbagai macam kekerasan domestik selama di rumah.

"Ini juga terjadi di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia. Juga peningkatan level stres daripada orangtua. Yang dengan kesibukannya juga harus membantu membimbing anaknya dalam proses pembelajaran jarak jauh," urainya.

"Kita tidak bisa menunggu lagi dan mengorbankan pembelajaran dan kesehatan mental daripada murid-murid kita," tegas Nadiem.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya