BI Sebut Kinerja Ekspor Indonesia Terus Membaik

Bank Indonesia (BI) menyebutkan kinerja ekspor Indonesia sudah berada di jalur yang tepat

oleh Athika Rahma diperbarui 24 Feb 2021, 12:21 WIB
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyebutkan kinerja ekspor Indonesia sudah berada di jalur yang tepat. Hal ini tercermin dari beberapa indikator, seperti harga komoditas ekspor dalam negeri dan volume perdangan dunia yang terus meningkat.

Direktur Eksekutif BI Yoga Affandi mengatakan, neraca pembayaran Indonesia mengalami surplus dengan nilai tertinggi yang dicapai Indonesia.

"Jadi ekspor kita sudah on track. Hanya saja, masalahnya ini bagaimana dia bisa menetes ke konsumsi, investasi, kemudian menggerakan permintaan dan sektoral sehingga ekonomi domestik bergerak secara sirkular dan berkelanjutan," ujar Yoga dalam webinar InfoBank, Rabu (24/2/2021).

Yoga juga mengatakan, kondisi ekonomi global diperkirakan membaik pada tahun 2021. Beberapa negara maju diperkirakan mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi, seperti Tiongkok di angka 9,1 persen hingga Amerika Serikat di angka 4,7 persen.

"India juga akan tumbuh 9 persen setelah penurunan yang tajam," paparnya.

Tingginya prediksi pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan adanya akselerasi vaksinasi Covid-19 yang membangkitkan kepercayaan diri masyarakat dalam beraktivitas secara fisik terutama di negara maju dan stimulus Covid-19.

"Ekonomi Indonesia sendiri diproyeksi tumbuh 5,1 persen tahun ini, ini lebih besar dari dugaan kita sebelumnya," kata Yoga.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Menteri Teten Ungkap 3 Kendala Utama Ekspor UMKM

Aktivitas pekerja bongkar muat peti kemas di Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/10/2019). Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kinerja ekspor dan impor Indonesia pada Agustus 2019 menurun. Total ekspor Indonesia mencapai US$ 14,28 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan untuk meningkatkan ekspor UMKM, ada tiga hal yang terus didorong, salah satunya mendorong pelaku UMKM untuk bermitra dengan eksportir yang sudah memiliki sertifikat-sertifikat.

“UMKM kalau ekspor ke luar negeri, pertama adalah terkendala sertifikasi produk di negara tujuan ekspor. Contoh yang saya sampaikan beberapa waktu lalu untuk ekspor pisang itu butuh 21 sertifikat, dan setiap 6 bulan harus diaudit,” kata Teten Masduki dalam Sosialisasi PP nomor 7 tahun 2021, Selasa (23/2/2021).

Menurutnya, sertifikat ini dipersyaratkan oleh negara-negara tujuan ekspor malah memberatkan UMKM. Maka pendekatan yang dilakukan Kemenkop dan UKM adalah  mendorong UMKM pisang untuk bermitra dengan eksportir yang sudah memiliki 21 sertifikat itu.

“Jadi UMKM tidak harus urus lagi sertifikatnya, sehingga ini yang akan kita coba. Saya kira bukan hanya pisang. Nanti produk makanan ,minuman kalo masuk pasar internasional mereka harus mendapatkan sertifikasi yang rumit, nah itu problem,” ungkapnya.

Kendala kedua, biasanya UMKM melakukan ekspor dengan jumlah dan permintaan yang kecil sehingga membebankan biaya logistik menjadi lebih mahal dibanding harga jual barangnya.

“Nah akibatnya ini jadi tidak kompetitif, produknya tidak punya daya saing. Ini bukan hanya soal kualitasnya saja, nah ini harus dipecahkan. Saya selalu mengatakan butuh agregator sehingga pengiriman barang ke sana, tidak lagi ritel orang perorang,” ujarnya.

Dengan adanya aggregator, maka UMKM yang permintaannya sedikit bisa melakukan ekspor dan tentunya biaya logistik tidak menjadi mahal karena dalam satu kontainer bisa beberapa pengekspor.

“Kami sudah bicara dengan gabungan pengusaha eksportir untuk ada aggregator ini, sama seperti impor borongan, agar barengan sehingga satu kontainer bisa bbrp pengekspor. itu pentingnya aggregator,” tegas Teten.

Adapun kendala ketiga terkait pembiayaan. Teten mengatakan pihaknya sudah berkomitmen dengan lembaga penjaminan pembiayaan ekspor Indonesia, untuk lebih fokus mengkurasi produk UMKM mana saja yang perlu dibiayai.

“Jadi bukan hanya pengirimannya ke sana kalau perlu kita bisa memanfaatkan resi gudang di luar negeri. Kalau kita lihat kenapa UMKM di china bisa murah? karena mereka kirimnya tidak kirim satu persatu, mereka kirimnya dalam jumlah besar,” katanya.

Selain itu, Kementerian Koperasi dan UKM akan bekerjasama dengan e-commerce yang telah memiliki sistem logistik sendiri untuk masuk ke pasar digital di luar negeri. Dengan begitu, e-commerce tersebut akan memberikan informasi permintaan market untuk UMKM Indonesia.

“Maka kami akan targetkan  prioritas-prioritas mana yang perlu didampingi dari segi kualitas agar mereka mendapatkan sertifikat di negara tujuan atau kita mitrakan dengan eksportir yang punya sertifikta itu,” pungkasnya.   

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya