Pemerintah Siapkan Rp 52,5 Miliar Bangun 3.000 Rumah di Kalimantan Utara

Kementerian PUPR mengalokasikan anggaran sebesar Rp 52,5 miliar untuk pembangunan 3.000 rumah tak layak huni atau RTLH di Kalimantan Utara.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 24 Nov 2020, 13:00 WIB
Pemilik rumah membuat rangka penguat dapur rumah di Perumahan Griya Samaji,Cieseng, Bogor, Rabu (19/02/2020). BTN pada 2019 telah merealisasikan 735.000 rumah dalam Program pemerintah satu juta rumah dengan kredit kepemilikan rumah bersubsidi sekitar Rp 111 trilyun. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Kalimantan Utara berupaya menyediakan rumah layak huni bagi masyarakat berpendapatan rendah (MBR), salah satunya melalui program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS).

"Melalui program BSPS ini pemerintahan ingin membangkitkan semangat masyarakat untuk saling membantu antar sesama dan agar masyarakat dapat meningkatkan kualitas rumahnya menjadi lebih layak huni. Meskipun di tengah pandemi Covid-19, kita tetap berusaha untuk memaksimalkan program BSPS," kata Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid, Selasa (24/11/2020).

Lewat program BSPS, Kementerian PUPR di Kalimantan Utara pada 2020 ini telah mengelokasikan anggaran sebesar Rp 52,5 miliar untuk pembangunan 3.000 rumah tak layak huni atau RTLH.

Posisinya tersebar di 5 kabupten/kota, antara lain Kota Tarakan, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.

Direktur Rumah Swadaya Arsyad menjelaskan, program BSPS di Kalimantan Utara tahun ini dibagi menjadi dua tahap. Yang pertama sebanyak 1.500 unit RTLH telah selesai dialokasikan. Sementara tahap kedua sebanyak 1.500 unti RTLH Progres fisiknya telah mencapai 93 persen, dan ditargetkan dapat selesai Desember 2020.

"Walaupun kondisi cuaca di lokasi saat ini kurang mendukung, tim pelaksana program harus tetap semangat menjalan kan tugas untuk meningkatkan kualitas BSPS dan tetap mengutamakan struktur bangunan rumah layak huni di Provinsi Kalimantan Utara," ujar Arsyad.

Sebagai informasi, jumlah bantuan yang diterima pada setiap rumah tidak layak huni sebesar Rp 17,5 juta. Dana tersebut terdiri dari 15 juta untuk material bahan bangunan dan Rp 2,5 juta untuk upah tukang.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Cerita Menteri PUPR, Lika Liku Bangun Infrastruktur di Indonesia

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kanan) mendengarkan Bupati Batang Wihaji berbicara usai uji coba Jembatan Kali Kuto di Batang, Jateng, Rabu (13/6). Hadi mengatakan Jembatan Kali Kuto akan dioperasikan selama 24 jam. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono membeberkan tantangan membangun infrastruktur di Indonesia karena kondisi geologisnya yang unik.

Pemerintah memang melakukan pembangunan infrastruktur secara intensif 5 tahun belakangan ini. Dalam kurun waktu ini, perlu dilakukan banyak penyesuaian dalam merancang desain infrastruktur, mulai dari peta gempa hingga penggunaan teknologi.

"Kami menerbitkan peta gempa tahun 2010, lalu dalam 7 tahun (diperbarui) jadi peta gempa 2017. Ternyata banyak sesar baru yang perlu diplot dalam peta gempa ini, ada 200 sesar baru," kata Basuki dalam Peluncuran Buku An Introduction Into The Geology of Indonesia oleh Prof. Dr. R.P. Koesoemadinata, Senin (16/11/2020).

Sebagai informasi, jika suatu wilayah dilewati sesar atau patahan aktif, maka hal itu mengindikasikan wilayah tersebut rawan gempa. Dan menurut Basuki, sangat sulit mencari lahan yang bebas dari sesar aktif di Indonesia.

Tentu saja, update peta gempa harus dilakukan secara berkala agar kriteria pembangunan infrastruktur bisa teradaptasi dengan baik.

"Waktu mau membangun bendungan dibilang tidak bisa bangun karena ada sesar. Saya bilang, sebutkan 1 saja bendungan di Indonesia yang nggak melalui sesar," katanya.

Basuki lalu mencontohkan lagi proyek infrastruktur lain, yaitu Bendungan Jatibarang. Menurutnya, wilayah pembangunan bendungan tersebut 'sepi' gempa, berdasarkan data peta gempa.

"Ternyata lihat di lapangan, ada sesarnya. Kami memutuskan tetap dibangun, dan Insya Allah aman sampai sekarang," katanya.

Selain itu, pembangunan tol juga dilalui dengan menjumpai karakteristik tanah yang beragam, sehingga butuh teknologi yang berbeda untuk itu. "Tol Trans Sumatera, dari Bakauheni sampai Lampung, sekarang sampai Dumai, itu beda-beda. Belum lagi sampai Banda Aceh," katanya.

Dengan hadirnya buku introduksi yang ditulis Prof. Dr. R.P. Koesoemadinata, Basuki yakin referensi pemerintah dari segi geohazard bisa lebih kaya, sehingga perencanaan pembangunan infrastruktur ke depan dapat dilakukan dengan lebih matang.

"Saya ucapkan terima kasih kepada beliau (Koesoemadinata) dan timnya yang berhasil membukukan buku ini, untuk kami lebih ke segi geohazard dalam pembangunan infrastruktur. Saya yakin buku ini jadi pegangan ke depannya," ujar Basuki. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya