Kasus Covid-19 Meningkat, Kota Bogor Akan Terapkan PSBB Berbasis Komunitas

Bima mengatakan, PSBB yang akan diterapkan di Kota Bogor kali ini akan berbeda dengan yang sudah pernah diterapkan sebelumnya.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 24 Agu 2020, 19:41 WIB
Wali Kota Bogor Bima Arya meluncurkan program Gebrak Masker, Rabu (19/8/2020). Program tersebut diikuti oleh 2.000 relawan. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Bogor Bima Arya memastikan akan memperpanjang kembali pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar pra-adaptasi kebiasaan baru (PSBB Pra-AKB). Perpanjangan PSBB Pra-AKB dilakukan selama sebulan mulai 4 September hingga 3 November 2020.

Namun, PSBB yang akan diterapkan di Kota Bogor kali ini akan berbeda dengan yang sudah pernah diterapkan sebelumnya.

"Tidak mungkin kita mundur ke PSBB sebelumnya. Dan PSBB kan berskala besar, enggak pas lah. Mungkin kita akan ke PSBB berbasis komunitas," ujar Bima Arya, Senin (24/8/2020).

Menurutnya, konsep ini dinilai tepat untuk menekan penyebaran Covid-19 di lingkungan keluarga. Sebab dalam sebulan terakhir, kasus Covid-19 semakin menanjak pada klaster keluarga. Hari ini, dari 12 kasus baru, tercatat ada penambahan dua kasus baru berasal dari klaster keluarga.

Upaya yang akan dilakukan Pemerintah Bogor adalah menggandeng seluruh komunitas maupun organisasi sosial kemasyarakatan untuk ikut terlibat melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan penyebaran Covid-19 di dalam keluarga.

"Kita akan fokus ke basis komunitas. Ada komunitas pendidikan, karang taruna, PKK, dan anak muda semua kita minta untuk berperan serta melakukan kampanye," terangnya.

Komunitas dan organisasi kemasyarakatan itu nantinya yang akan mengatur dan menjaga wilayahnya masing-masing agar terhindar dari penularan Covid-19.

"Jadi mereka nantinya harus masuk sampai ke keluarga. Karena sekarang situasinya sudah darurat," ucap Bima.

Bima menjelaskan, kasus positif Covid-19 pada klaster keluarga terus bertambah dikarenakan belum seluruhnya masyarakat Kota Bogor mengikuti anjuran pemerintah untuk menerapkan protokol kesehatan, terlebih sejak adanya pelonggaran aktivitas.

"Kasus meningkat karena informasi belum nyampe langsung. Ada juga yang tidak peduli karena dianggap baik-baik saja padahal virusnya masih ada sehingga menyebar (ke keluarga)," terangnya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Mayorita Penularan dari OTG

Wali Kota Bogor Bima Arya (tengah) saat meninjau Stasiun Bogor, Jawa Barat, Selasa (9/6/2020). Bima Arya mengunjungi Stasiun Bogor untuk melihat kesiapan aparat keamanan mengantisipasi antrean panjang serta penerapan protokol kesehatan pada penumpang KRL. (merdeka.com/Arie Basuki)

Berdasarkan data yang dia terima, sebanyak 157 yang terpapar Covid-19, berasal dari 43 klaster keluarga.

Sebagian besar pasien positif itu terpapar dari pasien tanpa gejala (OTG) yang menjadi corona carrier atau penyebar virus di dalam keluarga.

"Hampir 90 persen penularan dari OTG. Kalau kita pelajari polanya, lansia dan anak-anak di dalam rumah tidak kemana-mana. Tapi orang yang produktif dari luar membawa virus lalu menular ke orang yang di dalamnya (rumah)," beber Bima.

Informasi terkait bagaimana sosialisasi protokol kesehatan bagi orang yang memiliki mobilitas tinggi di luar rumah belum sepenuhnya sampai langsung kepada keluarga.

"Merasa seolah normal, padahal orang itu sudah menularkan kepada beberapa orang," kata dia.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya