HUT ke-70 RRC, Presiden Xi Jinping: Tak Ada Kekuatan yang Bisa Menghentikan China

Presiden China Xi Jinping, pada Selasa 1 Oktober 2019, mengatakan dalam pidatonya bahwa tidak ada kekuatan yang dapat menghentikan perkembangan Tiongkok.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 01 Okt 2019, 11:32 WIB
Presiden China Xi Jinping saat malam perayaan HUT ke-70 RRC (Noel Celis / AFP PHOTO)

Liputan6.com, Beijing - Presiden China Xi Jinping, pada Selasa 1 Oktober 2019, mengatakan dalam pidatonya bahwa tidak ada kekuatan yang dapat menghentikan perkembangan Tiongkok.

Hal itu disampaikannya untuk memperingati HUT ke-70 RRC atau Hari Nasional China di bawah pemerintahan Partai Komunis Tiongkok.

"Tidak ada kekuatan yang dapat mengguncang pondasi negara besar ini," kata Xi dalam naskah pidato berbahasa Mandarin, yang diterjemahkan secara resmi oleh media pemerintah, dikutip dari CNBC, Selasa (1/10/2019).

"Tidak ada kekuatan yang bisa menghentikan orang-orang China dan bangsa China untuk terus maju," lanjutnya.

Xi juga menekankan bahwa China akan mengejar pembangunan damai.

"Hiduplah Partai Komunis Tiongkok yang agung. Dan panjang umut Rakyat Tiongkok!" sang presiden China mengakhiri pidatonya, yang berlangsung kurang dari 10 menit.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 3 halaman

Singgung Soal Hong Kong hingga Taiwan

Presiden Cina Xi Jinping setibanya di Bandara Internasional Hong Kong, Kamis (29/6). Selain untuk memperingati 20 tahun penyerahan, Xi Jinping juga akan melantik Pemimpin Eksekutif terpilih Hong Kong, Carrie Lam. (AP Photo/Kin Cheung)

Presiden Xi Jinping juga mengatakan bahwa pemerintah pusat akan "menjaga kemakmuran jangka panjang dan stabilitas Hong Kong dan Makau," ujarnya ketika wilayah otonomi khusus eks-koloni Inggris itu masih diguncang akibat rangkaian demo pro-demokrasi rutin selama lebih dari tiga bulan.

"Terus maju, kita harus tetap berkomitmen pada strategi penyatuan kembali secara damai, dalam prinsip 'Satu Negara, Dua Sistem," kata Xi.

Dia menambahkan bahwa China akan "memajukan pembangunan hubungan lintas-selat secara damai, mempersatukan seluruh negara dan terus berusaha untuk memajukan penyatuan penuh negara kita."

Hubungan lintas-selat atau cross-strait relation, merupakan definisi relasi antara China dengan Taiwan --yang mendeklarasikan diri sebagai negara dengan pemerintahan terpisah dari Beijing.

Secara terpisah, saat berpidato di resepsi pada Senin 30 September malam, Xi kembali menekankan perlunya persatuan Tiongkok di bawah Partai Komunis untuk mengatasi tantangan.

"Persatuan adalah besi dan baja; persatuan adalah sumber kekuatan," kata Xi, menurut transkrip terjemahan bahasa Inggris dari Kementerian Luar Negeri.

Pemimpin Tiongkok itu menegaskan kembali posisi pemerintah dalam "Satu Negara, Dua Sistem" di Hong Kong dan Makau, serta prinsip "Satu-China" di Taiwan.

Xi berkata, "Penyatuan kembali sepenuhnya tanah air adalah tren yang tak terhindarkan; itu adalah kepentingan nasional yang lebih besar dan apa yang diinginkan semua orang Tiongkok. Tidak ada satu dan tidak ada kekuatan yang bisa menghentikannya!"

Taipei diperkirakan akan bereaksi keras atas komentar Presiden Xi Jinping tersebut.

Presiden Xi menjadi pemimpin Tiongkok pada 2012, dan menghapus batasan masa jabatan tahun lalu --menjadikannya sebagai presiden seumur hidup Tiongkok.

3 dari 3 halaman

Parade Militer di Beijing

Presiden China Xi Jinping saat memeriksa pasukan dalam parade militer yang berlangsung di Mongolia Dalam (Li Gang/Xinhua via AP)

Sekitar 15.000 personel angkatan bersenjata diharapkan ikut serta dalam parade militer, yang juga akan memamerkan lebih dari 160 pesawat dan 580 alutsista.

Beberapa teknologi kunci di antara persenjataan '100 persen buatan domestik' itu adalah drone --di mana Beijing mengklaim sebagai produsen pesawat nirawak terbaik dunia-- hingga sistem rudal teranyar.

Mayjen Tan Min, wakil direktur eksekutif Kantor Komando Gabungan Parade Militer dan wakil kepala staf Komando Pusat Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), mengatakan pada konferensi pers pekan ini bahwa semua senjata akan dipajang.

Semua itu menyoroti kemampuan negara untuk berinovasi dalam penelitian dan pengembangan pertahanan.

Baca selengkapnya...

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya