Ketua DPP Sebut Posisi Gerindra Ada di Tengah-Tengah

Banyak yang mengkhawatirkan pertemuan Prabowo dengan Jokowi dan Megawati sebagai sinyak gabungnya Gerindra ke kubu pemenang Pilpres 2019.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jul 2019, 22:33 WIB
Presiden terpilih Joko Widodo atau Jokowi dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto melambaikan tangan saat bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu (13/7/2019). Keduanya tampak akrab saat bertemu. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto telah bertemu dengan lawannya dalam Pilpres 2019, Joko Widodo atau Jokowi. Dia bahkan bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Banyak yang mengkhawatirkan pertemuan ini sebagai sinyak gabungnya Gerindra ke kubu Jokowi yang memenangkan Pilpres 2019.

Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria mengatakan, saat ini, partainya masih berada di tengah-tengah. Tidak condong ke oposisi juga tidak dekat dengan koalisi pemenang.

Menurut dia, langkah ini di ambil karena pihaknya tidak ingin dianggap sombong jika tidak mau bergabung dengan kubu Jokowi dan menjadi oposisi. Gerindra, lanjut dia, juga tidak memposisikan diri dekat dengan koalisi pemerintah karena tidak mau dianggap geer.

"Yang bijak 50:50 lah di tengah. Kalau keras-keras oposisi, malah gabung. Ketika gabung tahu-tahu oposisi," ujar Riza dalam diskusi KNPI di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (25/7/2019).

 

2 dari 2 halaman

Posisi Tidak Penting

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menerima kedatangan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di rumahnya, Rabu (24/7/2019). (foto: Dokumentasi PDIP)

Riza menuturkan, tidak penting apakah Gerinda ada di luar atau di dalam kekuasaan. Yang penting, kata dia, adalah bagaimana partai bisa memberikan kontribusi.

"Kalau abdi dalam tidak bisa kasih kontribusi tidak baik. Sudah pelengkap ga diinginkan, mending di luar. Kecuali di dalem diterima dengan baik dan memberikan kontribusi itu patut dipertimbangkan," jelasnya.

Langkah Gerindra bakal diambil langsung oleh Ketua Umum Prabowo Subianto. Prabowo, kata Riza, perlu melakukan pertimbangan dengan internal partai, sampai dengan partai eks Koalisi Adil Makmur.

Riza menjelaskan, rekonsiliasi pun bisa dilakukan tanpa harus berbagi jatah kursi di kabinet. Menurut dia, Jokowi bisa menyinergikan program kerjanya dengan program kerja Prabowo-Sandiaga.

"Rekonsiliasi visi misi disinergikan antara cita-cita kedua pasangan baru, rekonsiliasi, jadi rekonsiliasi bukan bagi-bagi kursi tapi bagaimana bersama-sama bangun bangsa," ujar Riza.

 

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber: Merdeka

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya