Sebelum Suku Inca Berkuasa, Kerajaan Ini Lebih Dulu Memerintah Amerika Selatan

Ada kerajaan kuno yang memerintah Amerika Selatan terlebih dahulu sebelum suku Inca.

oleh Afra Augesti diperbarui 02 Apr 2019, 20:10 WIB
Sejumlah pemeran melakukan upacara Inca "Inti Raymi" di reruntuhan Saqsaywaman di Cuzco, Peru (24/6). Ritual ini dikenal juga sebagai Fiesta del Sol atau The Festival of the Sun. (AP/Martin Mejia)

Liputan6.com, Jakarta - Ratusan tahun yang lalu, pantai barat Amerika Selatan diperintah oleh suku Inca --sebuah kekaisaran misterius yang dianggap sebagai masyarakat paling rumit yang ada di Amerika sebelum kedatangan Columbus.

Jauh sebelum suku Inca berkuasa atas tanah luas yang membentang dari Kolombia ke Chile, komunitas kuno yang bahkan lebih misterius lagi pernah menghuni wilayah Andean yang tinggi ini.

Kerajaan tua tersebut bernama negara Tiwanaku, yang amat asing di telinga banyak arkeolog. Konon, penduduknya hanya berjumlah 10.000 hingga 20.000 orang.

Dalam penyelaman arkeologis sistematis pertama dan penggalian yang dilakukan di perairan Khoa Reef, dekat dengan Island of the Sun (Pulau Matahari) di Danau Titicaca, Bolivia, para peneliti menemukan bukti persembahan ritual yang ditenggelamkan, yang dibuat untuk pemujaan dewa supernatural.

Kerajaan Tiwanaku yang konon berkuasa sebelum suku Inca ada. Komposisi umum persembahan di Khoa Reef. (Kredit: Teddy Seguin/pnas.org)

Itu artinya, dahulu pernah ada keyakinan yang dianut oleh masyarakat adat kawasan ini, jauh lebih awal dari yang pernah diduga para ilmuwan.

"Orang-orang sering mengasosiasikan Pulau Matahari dengan suku Inca, karena itu adalah lokasi ziarah yang penting bagi mereka dan karena mereka meninggalkan banyak bangunan untuk ritual dan persembahan di dan sekitar pulau ini," kata antropolog Jose Capriles dari Pennsylvania State University.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa orang-orang Tiwanaku, yang berkembang di Danau Titicaca antara 500 dan 1100 Masehi, adalah orang pertama yang menawarkan barang berharga kepada dewa-dewa di daerah itu," lanjutnya, sebagaimana dilansir dari Science Alert, Selasa (2/3/2019).

Capriles dan timnya menggunakan sonar dan fotogrametri 3D bawah air untuk memindai dan memetakan terumbu karang selama kunjungan penelitian 19 hari ke Danau Titicaca pada 2013.

Mengeruk endapan di danau, mereka menemukan pembakar dupa berbentuk puma (singa gunung), dengan serpihan arang yang masih terendap di lokasi situs, serta sejumlah ornamen berbahan emas, kulit, dan batu.

Puma dianggap sebagai simbol keyakinan yang penting bagi Tiwanaku. Sedangkan motif wajah pucat yang digambarkan pada dua medali emas menunjukkan bahwa persembahan itu seharusnya secara eksplisit menyapa tokoh mitos utama dalam ikonografi keyakinan mereka, kadang-kadang disebut Viracocha.

Menariknya, para arkeolog mengatakan potongan-potongan persembahan ini --yang berasal dari Abad ke-8 dan 10-- dirancang agar bisa tenggelam.

"Kehadiran jangkar di dekat persembahan menunjukkan bahwa pihak berwenang yang memimpin jalannya ritual mungkin telah mendepositokan persembahan selama upacara diadakan dari atas kapal," Capriles menjelaskan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Bukti Lain

Seorang aktor mengenakan kostum Inca berpose untuk difoto sebelum mengikuti ritual Inca "Inti Raymi" di reruntuhan Saqsaywaman di Cuzco, Peru (24/6). (AP/Martin Mejia)

Di tengah pengerukan itu, Capriles dan kawan-kawan juga menemukan bukti ikan, amfibi, dan tulang burung, yang menurut mereka kemungkinan besar tersimpan secara alami di dalam ekosistem yang terendam ini.

Tetapi ada satu hewan yang terlihat berbeda, tidak seperti yang lain. Tulang-tulang empat llama muda (binatang semacam domba dan merupakan endemik Amerika Selatan) juga ditemukan.

Diperkirakan satwa itu dibunuh di atau dekat lokasi ritual, lalu dikebumikan di laut sebagai persembahan kurban dalam upacara kuno.

"Lebih dari sekadar pemujaan di lokasi yang ekstrem, upacara di Khoa mencerminkan interaksi kompleks yang terletak di tengah danau, sambil dilakukan oleh kelompok elit kecil," tulis para penulis dalam makalah mereka.

Kerajaan Tiwanaku yang konon berkuasa sebelum suku Inca ada. Komposisi umum persembahan di Khoa Reef. (Kredit: Teddy Seguin/pnas.org)

"Mereka juga menekankan tampilan kekuatan yang kuat, karena penyebaran ritual difokuskan pada representasi dewa berwajah rayap dan puma yang berhembus asap, pengorbanan llama muda, dan pembuangan harta dalam jumlah banyak," lanjut periset.

Para ahli menyebut, semua aktivitas simbolis itu mungkin telah berkembang dan menjangkau kelompok lain di wilayah Andes dan sekitarnya.

Keberadaan mereka mungkin eksis dalam jangka pendek, sampai sekitar setengah milenium kemudian, giliran suku Inca untuk memimpin.

Tetapi jauh sebelum satu kerajaan Tiwanaku lenyap, orang-orangnya akan berdoa, berkurban, dan meletakkan persembahan mereka di air di salah satu danau tertinggi di dunia. Mungkin agar dekat dengan dewa-dewa mereka.

Temuan ini telah dilaporkan dalam PNAS.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya