Orang Kedua dan Ketiga yang Sembuh dari HIV/AIDS Ditemukan

Sebelumnya, prosedur transplantasi sumsum tulang juga dilakukan seorang pasien HIV di Berlin yang juga sembuh dari penyakit tersebut

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 08 Mar 2019, 06:00 WIB
HIV/AIDS (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Dua orang dengan HIV/AIDS dianggap sembuh setelah menerima transplantasi sumsum tulang. Pasien kedua berasal dari London, Inggris dan yang ketiga berada di Düsseldorf, Jerman.

Melansir Live Science pada Kamis (7/3/2019), pasien London didiagnosis HIV/AIDS pada 2003. Namun, laporan kasus yang dimuat dalam jurnal Nature edisi 5 Maret 2019 menyebutkan bahwa dia dianggap sembuh setelah melakukan transplantasi sumsum tulang khusus.

Namun, para ilmuwan mengingatkan bahwa terlalu dini mengatakan pria itu sembuh dari HIV. Yang pasti, pasien tersebut telah mengalami remisi jangka panjang dari virus, tanpa perlu pengobatan selama 18 bulan. Sebelumnya, seorang pasien HIV pertama yang berasal di Berlin menerima prosedur serupa di 2007. Dia dinyatakan bebas HIV selama lebih dari satu dekade.

"Dengan mencapai remisi (HIV) pada pasien kedua menggunakan pendekatan yang serupa, kami telah menunjukkan bahwa pasien Berlin bukan anomali dan itu benar-benar pengobatan yang menghilangkan HIV pada dua orang ini," kata penulis utama Dr. Ravindra Gupta yang merupakan profesor di Divisi Infeksi dan Kekebalan, University College London.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Tujuan transplantasi sesungguhnya

Ilustrasi Human Immunodeficiency Virus (HIV) (iStock)

Para peneliti juga mengumumkan kemungkinan kesembuhan ketiga. Pasien di Düsseldorf, Jerman juga menerima transplantasi sumsum tulang dan diklaim sembuh dari penyakitnya. Namun, pernyataan dari petugas terkait menyatakan bahwa pasien tersebut baru 3,5 bulan tidak mengonsumsi obat HIV. Sehingga, terlalu dini untuk mengetahui bahwa dia sudah sembuh atau belum.

Mengingat berisikonya prosedur ini, transplantasi tersebut tidak bisa dijadikan perawatan standar untuk penderita HIV. Jika dilihat tujuan aslinya di ketiga kasus tersebut, prosedur itu sesungguhnya digunakan hanya untuk mengobati kanker bukan HIV. Misalnya, pada pasien London yang menderita limfoma Hodgkin.

Selain itu, sel-sel induk yang digunakan untuk transplantasi berasal dari donor yang memiliki mutasi genetik relatif langka dan memberikan resistensi terhadap HIV. Mutasi ini mencegah HIV tidak masuk dalam sel manusia dan tidak menyebabkan infeksi.

Sekalipun, para pasien terbaru ini masih mendapatkan pemantauan untuk melihat apakah mereka bisa benar-benar sembuh, ini menjadi harapan baru bagi pengobatan HIV. Dokter-dokter juga masih mencari tahu apakah prosedur ini bisa mengembangkan perawatan untuk melawan HIV yang bisa digunakan untuk lebih banyak pasien di dunia.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya