BNPB Tak Akan Jadikan Wilayah Likuefaksi di Palu Sebagai Kuburan Massal

Tercatat, ada sekitar 1.747 rumah di Balaroa dan 744 rumah di Petobo ditelan lumpur.

oleh Fachrur Rozie diperbarui 08 Okt 2018, 16:09 WIB
Citra satelit 1 Oktober 2018 yang disediakan oleh DigitalGlobe ini menunjukkan lingkungan Petobo di Palu, Indonesia, setelah gempa bumi dan tsunami berikutnya menyebabkan kerusakan dan likuifaksi yang besar di desa. (DigitalGlobe, perusahaan Maxar via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan wilayah yang mengalami likuefaksi pascagempa di Palu, Sulawesi Tengah, tak akan dijadikan kuburan massal.

"Kalau nanti jadi kuburan massal, tidak," ujar Kepala BNPB Willem Rampangilei, dalam jumpa pers di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Senin (8/10/2018).

Di Palu, ada beberapa daerah yang tanahnya mengalami likuefaksi, yakni daerah Petobo dan Balaroa.

Tercatat, ada sekitar 1.747 rumah di Balaroa dan 744 rumah di Petobo ditelan lumpur di Palu. Diduga, ada ratusan korban jiwa yang terkubur di dalamnya.

Willem mengatakan, pihaknya masih menunggu keputusan dari pemerintah daerah setempat apa yang harus dilakukan pada wilayah yang terkena likuefaksi.

"Nanti Pemda akan berembuk dengan warga, tapi saya mendengar akan dijadikan monumen," kata Willem.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Butuh Peta

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pemerintah daerah perlu membuat peta mikrozonasi terkait risiko gempa dan likuefaksi (tanah bergerak). Ini berguna untuk keperluan penataan ruang guna meminimalkan dampak bencana.

"Perlu dilakukan pemetaan mikrozonasi gempa dan likuefaksi, sehingga sebaran daerah gempa dan likuefaksi dapat dipetakan secara detail," kata Sutopo dalam konferensi pers di Kantor BNPB, Jakarta, Minggu, 7 Oktober 2018.

Pada 2012, Badan Geologi telah melakukan penelitian tentang likuefaksi di Kota Palu. Hasilnya menunjukkan Palu tergolong wilayah yang berpotensi sangat tinggi mengalami likuefaksi. Namun, permukiman tetap dibangun di area yang berisiko mengalami likuefaksi itu.

"Adanya likuefaksi saat gempa menyebabkan kerusakan bangunan dan korban jiwa di Kota Palu lebih besar dibandingkan dengan daerah lain," ujar Sutopo seperti dilansir Antara.

Dia berharap, peta mikrozonasi terkait risiko gempa dan likuefaksi akan menjadi pertimbangan dalam penataan ulang ruang Kota Palu serta daerah-daerah rawan bencana lain.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya