Presiden Duterte Tetapkan 15 Juni sebagai Hari Libur Lebaran

Presiden Filipina Rodrigo Duterte menandatangani ketetapan bahwa 15 Juni sebagai hari libur Lebaran.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 08 Jun 2018, 06:54 WIB
Presiden Filipina Rodrigo Duterte. (AFP)

Liputan6.com, Manila - Presiden Rodrigo Duterte menyatakan 15 Juni sebagai hari libur di Filipina, dalam rangka merayakan Idul Fitri atau akhir Ramadan.

Menurut Asisten Khusus Presiden Duterte Christopher "Bong" Go, ketetapan itu dikutip dalam Proclamation 514 yang ditandatangani oleh Duterte pada Rabu, 6 Juni.

"Melalui Proclamation 514 yang ditandatangani 6 Juni 2018, Presiden Duterte menyatakan Jumat, 15 Juni 2018 sebagai hari libur reguler di seluruh negeri untuk merayakan Idul Fitri," demikian pernyataan Go seperti dikutip dari Manila Times, Rabu (7/6/2018).  

Idul Fitri menandai akhir bulan suci Ramadan bagi umat Islam.

Penetapan Idul Fitri sebagai hari libur nasional di Filipina memang tercantum dalam undang-undang No. 9177 yang ditetapkan tahun 2002, pada masa kemimpinan Presiden Gloria Arroyo.

Menurut undang-undang No. 9177 tahun 2002, penetapan Idul Fitri disesuaikan dengan kalender Islam. Hari pertama Syawal, bulan ke-10.

Dalam Islam, Idul Fitri ditetapkan melalui kalender bulan atau dengan pengamatan astronomis. Hal itu juga menjadi dasar dasar dalam menetapkan akhir Ramadan oleh undang-undang di Filipina.

Di bawah kepemimpinan Duterte, masyarakat Filipina dipastikan akan merayakan Lebaran pada 15 Juni.

 

Saksikan juga video berikut ini:

2 dari 2 halaman

Duterte Sengaja Cium Bibir Seorang Wanita

Presiden Filipina Rodrigo Duterte. (AP Photo/Bullit Marquez)

Sebelumnya, Presiden Filipina Rodrigo Duterte tengah diserang kecaman luas karena mencium bibir seorang tenaga kerja wanita (TKW) Filipina, dalam sebuah agenda pertemuan publik di Seoul, pada akhir pekan lalu.

Dikutip dari BBC pada Senin 4 Juni 2018, dua orang wanita Filipina diundang ke atas panggung untuk diwawancarai langsung oleh Presiden Duterte.

Sang presiden memeluk wanita pertama dan memberinya ciuman di pipi, sebelum menunjuk partisipan kedua untuk mencium bibirnya.

Setelah maju-mundur seraya tersipu, wanita muda memberanikan diri mendekat ke Rodrigo Dutertedengan tawa gugup. Sang presiden kemudian membungkuk dan segera menciumnya tepat di bibir.

Aksi itu memicu sorak-sorai dari para hadirin, yang sebagian besar disi oleh para pekerja migran asal Filipina.

Bea Kim, nama wanita itu, menyatakan kepada kantor berita Filipina bahwa presiden telah menanyakan apakah dia masih lajang. Ia menjawab bahwa dirinya telah menikah dengan seorang pria asal Korea Selatan.

Dia mengatakan bahwa ada "tidak ada kejahatan" dalam ciuman itu, dan menambahkannya sebagai sesuatu yang "tidak berarti apa-apa kecuali untuk menghibur dan membuat orang Filipina lainnya dalam pertemuan itu bahagia".

Kelompok hak-hak wanita, Gabriela, mengecam peristiwa itu, dan mengatakannya sebagai bagian dari upaya membelokkan isu-isu kebijakan nyata, serta menutupi popularitas Rodrigo Duterte yang semakin menurun.

"Aksi kejantanannya yang berulang-ulang dimaksudkan sebagai hiburan untuk menyembunyikan realitas popularitasnya yang melorot dengan cepat akibat isu pembunuhan di luar hukum, undang-undang Reformasi Pajak untuk Percepatan Ekonomi, serta inklusi dan skandal korupsi besar-besaran yang sekarang mengganggu pemerintahannya," kata kelompok Gabriela dalam sebuah pernyataan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya