Nilai Bitcoin Turun 45,82 Persen pada Kuartal I 2018

Mata uang digital Bitcoin sedang berada dalam fase terburuk pada kuartal I 2018. Ini ditunjukkan dari nilai bitcoin semakin tertekan.

oleh Bawono Yadika diperbarui 31 Mar 2018, 19:12 WIB
Ilustrasi Bitcoin (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Mata uang digital Bitcoin sedang berada dalam fase terburuk pada kuartal I 2018.  Ini ditunjukkan dari nilai bitcoin semakin tertekan.

Dilansir dari CNBC, Sabtu (31/3/2018), nilai bitcoin merosot 45,82 persen. Nilai bitcoin merosot dari USD 13,412 atau sekitar Rp 184,65 juta (asumsi kurs Rp 13.767 per dolar Amerika Serikat) pada 1 Januari menjadi USD 7.266 atau sekitar Rp 100,03 juta pada 30 Maret 2018. Hal ini menurut data dari CoinDesk. Sepanjang kuartal I 2018, kapitalisasi pasar bitcoin berkurang USD 114.9 miliar. 

Menurut data CoinDesk, penurunan nilai bitcoin pada kuartal I 2018 paling terbesar sepanjang sejarah bitcoin. Sebelumnya nilai bitcoiun turun hampir 38 persen pada kuartal I 2014. Hal ini membawa harga bitcoin kembali pada 2010.

Bitcoin alami penurunan pada kuartal I sebanyak lima kali yang dimulai sejak 2011. Hal itu termasuk penurunan pada kuartal I 2018. Sementara itu, kenaikan nilai bitcoin terbesar mencapai 599 persen pada 2013.

Nilai bitcoin naik tajam pada 2017. Nilai bitcoin mencapai rekor tertinggi mencapai USD 19.000 atau sekitar Rp 261,58 juta pada akhir tahun lalu.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Larangan Iklan Bitcoin

Ilustrasi Bitcoin (iStockPhoto)

Sebelumnya, beberapa media sosial (medsos) tampaknya tak 'betah' dengan iklan mata uang digital (cryptocurrrency) seperti Bitcoin dan kawan-kawannya.

Facebook, ambil contoh, belum lama ini memblokir iklan cryptocurrency karena menilai hal tersebut sebagai praktik yang menyesatkan dan berpotensi merugikan pengguna.

Tak lama setelah Facebook, Google juga mengambil langkah serupa. Raksasa teknologi yang bermarkas di Mountain View, Amerika Serikat (AS) itu juga mencekal iklan-iklan opsi biner atau produk sejenisnya, dan juga mata uang digital serta konten-konten yang masih berkaitan dengan cryptocurrency.

Dan kini, menurut informasi yang diedarkan Ubergizmo pada Senin 19 Maret 2018, Twitter akan menyusul aksi yang telah dilakukan dua perusahaan tersebut.

Medsos microblogging ini memang belum memberikan konfirmasi terkait hal tersebut. Namun, masuk akal jika memang perusahaan mengakui akan memblokir iklan cryptocurrency. Pasalnya, scam iklan cryptocurrency justru lebih banyak di Twitter ketimbang Facebook dan Google. Terlebih, iklan hadir berupa cuitan dengan kalimat yang meyakinkan.

Untuk diketahui, nasib cryptocurrency sendiri belum bisa dipastikan mengarah ke mana. Nilainya saja bisa terjun bebas sewaktu-waktu.

Tanda-tanda melemahnya cryptocurrency sudah lebih dulu diperlihatkan Bitcoin yang harganya mulai menurun di bawah US$ 9.000 (Rp 123 jutaan). Padahal, harga Bitcoin sempat ada di angka US$ 20.000 (Rp 268 jutaan) pada Desember 2017.

Fluktuasi nilai yang sama juga terjadi ketika Facebook melarang iklan cryptocurrency yang mengakibatkan harga Bitcoin jatuh sebanyak 12 persen.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya