1-1-2017: Selamat Tahun Baru... Musuh-Musuhku, Kata Donald Trump

Hari ini, satu tahun yang lalu, Presiden Amerika Serikat Terpilih Donald Trump mengucapkan selamat Tahun Baru bernada kontroversial.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 01 Jan 2018, 06:02 WIB
Presiden Donald Trump. (AP Photo/Carolyn Kaster)

Liputan6.com, Washington, DC - Entah memang murni ingin menghujat atau justru hanya sebuah cerminan karakter yang khas. Apa pun alasannya, jelas, apa yang dilakukan Presiden Amerika Serikat Terpilih Donald Trump, tepat pada hari ini, satu tahun yang lalu, adalah sebuah aksi tipikal sang miliarder nyentrik.

Sepintas, aksi yang dilakukan sang Presiden Terpilih 1 Januari 2017 lalu adalah tindakan lazim yang dilakukan oleh banyak orang pada setiap perayaan Tahun Baru.

Namun, bukan Donald Trump namanya, jika aksi yang dilakukan tak dibumbui beberapa faktor yang mungkin dapat membuat sebagian besar orang mengerutkan alis -- atau setidaknya begitulah cara orang memandang sepak terjangnya.

Bersenjatakan akun media sosial Twitter, Trump mengawali 2017 dengan mengucapkan selamat Tahun Baru bernada kontroversial.

"Selamat Tahun Baru pada semua, termasuk untuk (banyak) musuh-musuhku, dan mereka yang melawanku dan kalah telak sehingga tak tahu apa lagi yang harus dilakukan," cuit Trump dalam akun Twitter pribadinya, @realDonald Trump, seperti dikutip dari CNN, Senin (1/1/2018).

Memang, awal tahun 2017 adalah 'momenya Donald Trump'. Ia telah dipastikan menang -- secara mengejutkan -- atas lawan beratnya, Hillary Clinton dalam Pilpres AS 2016. Dan pada 20 Januari 2017, ia diresmikan menjadi Presiden ke-45 Amerika Serikat.

Sehingga wajar rasanya jika ia berjumawa atas sepak terjangnya. Namun, jika menilik kembali kiprah Twit sang Presiden AS sepanjang tahun 2017 lalu yang kerap serupa, maka, cukup lazim menilai aksi yang dilakukannya sebagai sebuah 'Tipikal Trump'.

Selain kicauannya pada Tahun Baru 2017, berikut, 3 (segelintir) contoh Twit eksentrik Donald Trump sepanjang tahun lalu, seperti Liputan6.com kutip dari berbagai sumber.

2 dari 4 halaman

1. Geger, Donald Trump 'Retweet' 3 Video Anti-Muslim

Presiden AS, Donald Trump meniup air selama pidato keamanan nasional di Gedung Ronald Reagan di Washington, DC (18/12). Dalam pidatonya Trump menyatakan tentang strategi baru untuk Keamanan Nasional AS. (AFP Photo/Mandel Ngan)

Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memicu kegeraman dunia. Pasalnya, pria berusia 71 tahun itu me-retweet tiga video dari akun seorang perempuan sayap kanan Inggris yang mengandung pesan kebencian terhadap muslim.

Perempuan tersebut adalah Jayda Fransen. Ia merupakan Wakil Ketua Britain First, kelompok sayap kanan dan ultra-nasionalis.

Trump yang sebelumnya menyebut bahwa migran dari negara-negara mayoritas muslim mengancam keamanan Eropa dan AS, kerap me-retweet konten yang sesuai dengan pandangan politiknya, dan tak jarang menimbulkan kehebohan.

Namun, ia jarang mentwit pesan ofensif, seperti yang ia lakukan pada 29 November 2017 itu. Hal tersebut pun langsung memicu kegeraman hebat dari komunitas dunia, termasuk Inggris.

Merespons hal tersebut, Fransen menyambutnya dengan gembira, di mana ia mengatakan bahwa video tersebut telah ditonton oleh hampir 44 juta pengikut Trump di Twitter. "SEMOGA TUHAN MEMBERKATIMU!" tulis Fransen dengan huruf kapital.

Sekretaris pers Gedung Putih, Sarah Sanders, membela cuitan Donald Trump itu. Kepada awak media, ia mengatakan bahwa Trump melakukan hal tersebut untuk memulai percakapan tentang keamanan perbatasan dan imigrasi.

"Saya pikir tujuannya adalah untuk mempromosikan perbatasan dan keamanan nasional yang kuat," ujar Sanders seperti dikutip dari CNN, Kamis 30 November 2017.

 

3 dari 4 halaman

2. Jadi Target Penyelidikan, Donald Trump 'Curhat' di Twitter

Presiden AS, Donald Trump memegang mainan Astronot setelah menandatangani sebuah kebijakan untuk mengirim astronot Amerika kembali ke bulan dan Mars di Ruang Roosevelt Gedung Putih di Washington (11/12). (AP Photo/Evan Vucci)

Mulai dari dugaan keterlibatan Rusia dalam Pilpres Amerika Serikat 2016 hingga tuduhan menghalang-halang proses penegakan hukum, layak dikatakan jika Presiden Donald Trump tengah berada di dalam ceruk masalah.

Dan saat ini, dirinya tengah diselidiki oleh tim investigasi independen yang dipimpin oleh Robert Mueller dari Kejaksaan Agung AS atas dugaan skandal di atas.

Di tengah proses penyelidikan atas dugaan sejumlah skandal politik, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mencurahkan 'opini'-nya melalui akun Twitter-nya. Tindakan itu menjadi sebuah tindakan yang lazim dilakukan oleh sang presiden ke-45 AS untuk berkomentar tentang situasi politik terkini melalui media sosial tersebut.

Lewat akun Twitter-nya, Presiden Trump berusaha mempertahankan diri dari sejumlah terpaan kritik dan tuduhan. Demikian seperti yang diwaratakan oleh Associated Press, 19 Juni 2017 lalu. 

"Agenda MEMBUAT AMERIKA HEBAT LAGI masih berjalan baik, meski dirundung isu Witch Hunt," tulis @realDonaldTrump pada 18 Juni 2017.

Miliarder nyentrik itu mendeskripsikan penyelidikan dugaan keterlibatan Rusia dalam Pilpres AS 2016 yang dipimpin oleh Robert Mueller itu seperti "perburuan penyihir" (witch hunt).

"Banyak lapangan pekerjaan, entusiasme bisnis, regulasi baru, 36 UU baru, Mahkamah Agung yang baru, infrastruktur, jaminan kesehatan, dan pajak, semuanya bekerja!" tambah @realDonaldTrump.

Pada kesempatan yang berbeda, penasihat Presiden Trump menyebut bahwa orang nomor satu AS itu marah atas proses investigasi, berteriak marah ke televisi saat tayangan pengumuman penyelidikan berlangsung, dan meyakini bahwa dirinya merupakan target konspirasi.

 

4 dari 4 halaman

3. Dikritik Sering Berkoar di Twitter, Ini Pembelaan Diri Donald Trump

Dua pria Palestina menonton pidato Presiden AS, Donald Trump di sebuah kafe di Yerusalem (6/12). Donald Trump secara resmi mengumumkan bahwa AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. (AFP Photo/Ahmad Gharabli)

Pasca-kritikan sengit yang dilontarkan oleh kubu Demokrat dan Republik dalam beberapa hari terakhir, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mulai angkat suara dan membela diri.

Dikutip dari laman The Telegraph, Minggu 2 Juli 2017, Trump melakukan pembelaan diri atas penggunaan jejaring media sosial miliknya. Ia mengklaim bahwa cuitan yang ia posting bukanlah bagian dari tugasnya sebagai seorang presiden.

Trump mendapatkan kritik dari masyarakat luas setelah ia mencemooh seorang presenter bernama Mika Brzezinski. Melalui cuitannya di Twitter, Trump menuduh Mika mengalami pendarahan parah pasca-operasi plastik. Tak berhenti di situ saja, ia juga mengejek Mika dengan sebutan 'si bodoh seperti batu'.

Menanggapi cercaan dari pengguna Twitter lainnya, Trump malah membalas kritikan tersebut dan memperbaharui perseteruannya dengan CNN.

"Dasar media massa palsu dan penipu. Bekerja keras untuk meyakinkan orang lain agar saya tak boleh menggunakan media sosial. Tapi kalian harus ingat, saya telah memenangkan pemilihan presiden 2016 lewat wawancara, pidato dan media sosial. Saya harus mengalahkan #FakeNews, tentunya kami akan tetap menang," tulis @realDonaldTrump.

"Yang menggunakan media sosial bukanlah seorang presiden, melainkan diri saya secara pribadi. Ini membuktikan bahwa saya adalah seorang Presiden Modern. Jadikan Amerika Lebih Hebat Lagi," tambahnya.

Tak hanya melakukan pembelaan diri, Trump malah membahas perselisihannya dengan media CNN.

"Saya sempat berfikir untuk mengganti nama #FakeNews CNN menjadi #FraudNewsCNN," ujar Trump.

Media tersebut kerap menjadi sasaran serangan yang dilontarkan Trump. Aksi presiden AS itu kian menjadi-jadi setelah tiga wartawan CNN mengundurkan diri. Hal tersebut berkaitan dengan pemberitaannya tentang penyelidikan pertemuan antara Trump dan Kepala Dana Investasi Rusia sebelum pemilu.

Sementara itu, manajer kampanye Corey Lewandowski menyebut Trump seperti Ernest Hemingway (seorang novelis AS).

"Dia adalah Ernest Hemingway versi Twitter, ia telah menurunkan banyak lawan-lawannya hanya melalui cuitan Twitter saja," ujar Corey Lewandowski.

Trump memang dikenal sebagai sosok kontroversial, penggunaan Twitter miliknya menyebabkan banyak kekisruhan. Termasuk cuitannya yang menyerang Walikota London, Sadiq Khan pasca-serangan teror di ibukota Inggris tersebut. Tak hanya itu, melalui Twitter juga lah ia menuduh Barack Obama telah menyadap Trump Tower kepunyaannya.

Menurutnya, Twitter adalah cara paling jitu untuk berkomunikasi dengan warganya. Sebab ia melihat arus pemberitaan media kerap membuat pemberitaan yang bias.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya