Ini Cara Menteri Rini Rampingkan Jumlah Anak Usaha BUMN

Salah satu pekerjaan rumah yang terus dikerjakan adalah memangkas jumlah anak usaha BUMN terserbut sehingga jadi lebih efisien.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 06 Okt 2017, 10:49 WIB
Menteri BUMN, Rini Soemarno ketika menghadiri acara buka bersama sejumlah pemimpin redaksi media, di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (22/6). Acara tersebut juga dihadiri sejumlah petinggi perusahaan pelat merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri BUMN Rini Soemarno mengaku sependapat dengan Presiden RI Joko Widodo yang menyatakan jumlah anak usaha BUMN dan cucu perusahaan BUMN cukup banyak, mencapai 800 perusahaan.

Karena itu, selama menjadi Menteri BUMN, salah satu pekerjaan rumah yang terus dikerjakan adalah memangkas jumlah anak usaha BUMN terserbut sehingga jadi lebih efisien.

"Sejak saya masuk menjadi Menteri BUMN, itu juga yang saya komplain, kok bisa jumlahnya banyak sekali, dan itu banyak perusahaan yang lini bisnisnya sama," kata Rini di Plaza Mandiri seperti ditulis, Jumat (6/10/2017).

Dia mencontohkan, salah satu perusahaan sejenis adalah yang memiliki bisnis mengelola rumah sakit. Awal mula banyaknya anak usaha BUMN yang mengelola rumah sakit ini dikarenakan kurangnya pelayanan kesehatan di masing-masing lahan bisnis BUMN.

Namun tak menjualnya, Rini lebih memilih menyatukan BUMN rumah sakit terserbut menjadi sebuah holding. Selain jumlahnya lebih sedikit, skala bisnis BUMN rumah sakit ini juga lebih besar.

Hal serupa juga terjadi di BUMN Karya. Masing-masing BUMN Karya ini memiliki anak usaha yang mengelola hotel. Untuk menyederhanakannya, Rini telah mengonsolidasikan dengan Hotel Indonesia Natour yang merupakan BUMN yang bergerak dalam pengelolaan hotel.

"Justru sekarang bagaimana mengkonsolidasikan menjadi lebih efisien dan lebih baik pelayanannya dan membeikan standar kualitas yang baik," dia menjelaskan. (Yas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya