Keuntungan RI Pakai Aspal dari Sampah Plastik Buat Jalan Raya

Pemerintah menargetkan pengurangan sampah plastik di Indonesia hingga 70 persen dalam kurun waktu 10 tahun-15 tahun.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 02 Agu 2017, 16:45 WIB
Petugas UPK Badan Air DKI melihat sampah yang menumpuk di Kali Gendong, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (16/3). Ceceran sampah plastik limbah rumah tangga terlihat menyerupai daratan menumpuk di sepanjang Kali Gendong. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan menyatakan, penggunaan aspal sampah plastik untuk membangun jalan raya akan menguntungkan Indonesia. Salah satu keuntungannya, Indonesia bisa terbebas dari sampah plastik yang saat ini menduduki posisi kedua terbesar di dunia.

"Kita menjadi negara dengan sampah terbesar nomor dua di dunia, setelah China," kata Luhut saat memberikan pengarahan dalam Rakernas Kementerian Lingkungan Hiudp dan Kehutanan, Jakarta, Rabu (2/8/2017).

Pemerintah, lanjutnya, mencari jalan keluar untuk mengurangi jumlah sampah di Indonesia. Setelah bertahun-tahun, Indonesia akhirnya bisa belajar dari India yang sudah menggunakan aspal campuran dari sampah plastik. Porsinya 90 persen aspal dan dicampur dengan 10 persen sampah plastik.

"Aspal yang dicampur sampah plastik 90 persen:10 persen akan menurunkan biaya 7 persen-8 persen. Vulnerability (kerentanan) dari aspal sampah plastik ini 40 persen lebih bagus. Jadi maintenance cost turun, cost turun, dan sampah bersih," jelas Luhut.

Lebih jauh Luhut mengungkapkan, pemerintah sudah melakukan uji coba penggunaan aspal campuran sampah plastik untuk pembangunan jalan. Hasilnya dianggap berhasil dan akan diteruskan uji coba di Bekasi.

"Pilot project di Bali sudah berhasil. Kita akan coba lagi minggu depan di Bekasi, lebih panjang, lebih lebar, dan lebih ramai tempatnya. Kalau ini berhasil, masalah sampai bisa diselesaikan," tegasnya.

Menurutnya, pemerintah menargetkan pengurangan sampah plastik di Indonesia hingga 70 persen dalam kurun waktu 10 tahun-15 tahun. Namun Luhut optimistis dapat lebih cepat penyelesaiannya dengan komitmen penggunaan aspal campuran sampah plastik.

"Sampah di Jakarta itu 8 ribu ton per hari, dan sampah plastik 6 ribu ton per hari. Sekarang kita bikin jadi penerimaan buat pemulung yang sambil membersihkan, tapi dia dapat dana juga," pungkas Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan itu.

Sebelumnya,  Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah melakukan uji coba pemanfaatan sampah plastik sebagai campuran aspal pada Sabtu (29/7/2017) . Uji coba itu berlangsung di jalan sepanjang 700 meter di Universitas Udayana, Bali. 

Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Arie Setiadi mengatakan, bahan baku campuran aspal didatangkan dari Bandung, Jawa Barat. Sebelum menjadi campuran aspal, limbah plastik itu diolah terlebih dulu dengan cara dicuci kemudian dipotong kecil-kecil.

"Kemarin uji coba di Bali harus bawa (limbah plastik) dari Bandung, dicuci dulu, dicacah-cacah," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (1/8/2017).

Namun, Arie tak mengatakan secara spesifik di mana sampah tersebut berasal. Arie juga tak mengetahui berapa banyak sampah yang diangkut untuk uji coba aspal tersebut. "Enggak tahu dari teman-teman Pusjatan sendiri. Enggak tahu, kemarin enggak sempat nanya jumlahnya," ujar dia.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya