Belajar Berkawan dengan Semesta Alam dari Suku Baduy

“Di sini banyak harimau tapi tidak pernah marah karena kami tidak pernah mengganggu”.

oleh Liputan6 diperbarui 11 Jan 2017, 09:01 WIB

Liputan6.com, Jakarta “Di sini banyak harimau tapi tidak pernah marah karena kami tidak pernah mengganggu”.  Sejenak kalimat dari Pak Naldi, suku Baduy dalam terdengar biasa saja.  Tapi jika kita cermati kembali, sangatlah filosofis dan membuat kita mengerti alam. Alam tidak akan marah jika kita tidak mengganggu keseimbangannya. Begitu kira-kira terjemahan dari kalimat Pak Naldi.

Suku Baduy memang salah satu suku di Indonesia yang masih memegang teguh nilai kepercayaan secara turun temurun. Mereka  mengasingkan diri dari dunia luar.  Masyarakat Baduy tinggal di Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten.  Suku Baduy menyebut dirinya Urang Kanekes atau orang Desa Kanekes yang taat pada pimpinan adat tertinggi yaitu Pu’un.  Seperti yang kita ketahui, Suku Baduy terdiri atas Baduy dalam (Tangtu) dan Baduy luar (Panamping).

Suku Baduy dalam adalah mereka yang benar-benar mematuhi konsep Pikukuh (apa adanya).  Mereka sangat terikat dengan hukum adat dan mengemban tugas penting untuk menjaga keseimbangan alam. Orang Tangtu tidak memakai odol, sabun, dan bahan kimia lain karena dinilai akan mencemari lingkungan. 

Mereka membangun rumah dan jembatan tanpa palu dan paku serta berjalan tidak memakai alas kaki.  Dilarang mengambil foto di wilayah Baduy dalam dan mereka juga menolak kedatangan WNA. Jika hal ini dilanggar, maka mereka akan dikenai hukum adat.

Seperti apa hukuman adatnya, selengkapnya baca di sini.

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya